Pertemuan SIGNIS Regio Sumatera Menghasilkan Film Katekese

PADANG – Pertemuan Signis  Regio Sumatera di Puri Dharma Katedral Padang, 8 – 11 Mei 2017  meng­hasilkan dua film katekese seputar masalah keluarga. Tema film ini menjadi kesepakatan bersama dalam pertemuan SIGNIS  tahun lalu di Yogyakarta.

Film dengan judul: “Pulang” dan “Keluarga Berdoa”  berdurasi sekitar 10 – 15 menit ini dengan pemain para peserta pertemuan dari Komisi Komsos Keuskupan dan radio anggota SIGNIS Regio Sumatera, kecuali Komsos Keuskupan Tanjungkarang yang berhalangan hadir.   Pertemuan ini juga dihadiri Presiden (P. Frans de Sales, SCJ), Bendahara (P.  Balthasar E. Manehat, SVD), dan Anggota SIGNIS Indonesia (P. Barnabas Nono, OSC). Pertemuan yang diisi dengan pelatihan dan memproduksi film katekese ini difasilitasi Tim Komisi Komunikasi Sosial (Komsos) Keuskupan Agung Semarang (KAS).  Pada bagian awal kegiatan ini, Ketua Komisi Komsos Keuskupan Agung Semarang Rm. Noegroho Agoeng, Pr. memberikan dasar pengetahuan singkat seputar penulisan naskah film.

Menurut Rm. Agung, sebelum menulis naskah atau skenario langkah pertama adalah menentukan  tujuannya. “Pesan apa yang ingin disampaikan melalui film atau cerita tersebut? Penulis naskah  akan  sangat menentukan arah dari film tersebut” katanya.

Imam Diosesan Semarang ini lebih jauh menjelaskan untuk menggerakkan penonton, dalam cerita perlu memun­culkan konflik atau pertentangan.  Naskah film atau skenario mesti menggunakan bahasa yang mudah ditangkap dan dimengerti baik oleh para pemain dan terutama penonton.  Hal terpenting yang mesti diperhatikan para penulis naskah, lanjutnya adalah  mempertimbangkan kemampuan untuk menjadikannya dalam bentuk gambar. “Penulis naskah harus mengingat kemampuan  tim dalam mewujudkan ide cerita dalam bentuk adegan dan gambar yang mesti didukung dengan berbagai macam peralatan shooting dan fasilitas (properti)’, katanya.

Selanjutnya, anggota Tim Komsos KAS, Indra dan Edgar secara detail memberikan masukan dan pelatihan pembuatan film hingga mengikuti proses produksi film.  Sebelum masuk dalam proses produksi film, peserta diajak menonton contoh film pendek berjudul “Diary Elisa”. Setelah itu dilanjutkan break-down naskah yang telah disiapkan Kristina Rinawati  dari Komsos Keuskupan Agung Palembang (KAPAL) dan P. Thomas Maduwu, OFMCap dari  Radio SUAKA Teluk Dalam, Nias, Keuskupan Sibolga.

Untuk proses produksi film, peserta dibagi menjadi dua kelompok. Di dalam kelompok secara detail dilakukan  revisi script (naskah) awal, penentuan talent (pemain), dan para pihak yang terlibat dalam produksi film, seperti: sutradara, kameraman, clipper, penata (cahaya, musik, kostum, rias, suara,  dan sound effect, artistik), pencatat adegan, dan penyedia fasilitas atau properti.

Kelompok I yang menggarap film “Pulang” mengambil lokasi shooting di   Puri Dharma dan dapur pastoran paroki Katedral. Kelompok II yang meng­garap film “Keluarga Berdoa” mengambil lokasi shooting di rumah keluarga Yosef  B. Prakoso, Puri “Maria Manaoag”, dan Restoran Es Durian “Iko Gantinyo”.  Proses shooting mesti selesai dalam satu hari, malamnya sudah  dilanjutkan proses editing sampai selesai.

Dalam proses shooting mesti dilakukan berulang-ulang, karena semua pemain adalah “aktor dan aktris” dadakan, serta kendala teknis lainnya. Fasilitas dan properti penunjang juga menggunakan sarana sederhana yang tersedia di lokasi kegiatan.  Pada hari ke-3, Rabu (11/5), peserta menik­mati city tour ke Bukittinggi meng­unjungi obyek wisata Air Terjun Lembah Anai, Lobang Jepang dan kawasan Jam Gadang.

Hari terakhir, Kamis (11/5), peserta “nobar” (nonton bareng) film karya bersama ini. Setelah “nobar” peserta melakukan evaluasi bersama.  Baik film “Pulang” maupun “Keluarga Berdoa”, secara umum peserta memberikan kesan cukup baik, meskipun persiapannya  sangat singkat dan alat yang sederhana. Kedua film tersebut memiliki ide cerita sederhana, tidak muluk-muluk, dan singkat sehingga pesan yang mau disampaikan pun mudah dimengerti.

Peserta juga menemukan beberapa kelemahan dari kedua film tersebut, seperti:  musik pengiring terlalu dominan, vokal kurang jelas, terjadi lompatan (jumping) gambar dan suara, kurangnya pencahayaan, dan kualitas gambar yang dihasilkan tidak sama. Karena masih dalam proses pelatihan, maka untuk ke depan dalam pembuatan film  hal yang tidak boleh dilupakan adalah pencatat adegan harusnya sangat detil karena akan sangat membantu  dalam proses editing.  Bila menggunakan lebih dari satu kamera mesti dicocokkan sampai detail, karena perbedaan tipe kamera akan mempengaruhi proses editing gambar dan suara.

Karena masih membutuhkan penyempurnaan dalam proses editing, sehingga lebih bagus lagi finishing editing diserahkan kepada Rina dari KAPAL dan Aris Yuni Ibtadi dari Keuskupan Pangkalpinan dalam waktu sepekan.

Di akhir pertemuan Presiden SIGNIS Indonesia  P.  Frans de Sales, SCJ menyampaikan apresiasi­nya atas  kerja keras peserta sehingga menghasilkan dua film dalam waktu singkat dengan tenaga seadanya, tidak disiapkan secara khusus menjadi aktor dan aktris.  Imam dari Kongregasi Hati  Kudus  Yesus  ini juga menyampaikan informasi bahwa di tahun 2018, tidak ada kegiatan SIGNIS tingkat regio, karena ada pertemuan SIGNIS Indonesia di Ketapang, Kalimantan Barat dan training Nasional di Denpasar, Bali.  Kalau sesuai jadwal, Keuskupan Sibolga sebagai tuan rumah akan tetap merencanakan kegiatan, P. Frans mengusulkan agar mencari peluang mencari sponsor seperti ke Komisi Komsos KWI.

Berkaitan dengan kegiatan SIGNIS, lanjutnya sumber dananya  berasal dari Propaganda Fidei yang dihimpun melalui Kolekte Hari Minggu Misi. Setiap anggota SIGNIS bisa mengajukan proposal kegiatan, kemudian akan dilakukan screening di tingkat nasional kemudian diajukan ke Propaganda Fidei.  “Setiap anggota SIGNIS mempunyai kewajiban untuk mempromosikan Hari Minggu Misi agar kolekte yang terkumpul semakin banyak sehingga bisa membiayai aneka kegiatan di seluruh dunia,” katanya.

Berdasarkan pengalaman yang sudah didapat dalam pelatihan-pelatihan, Ketua Komisi Komsos Keuskupan Padang, P. Fransiskus Riduan Naibaho, Pr. mengusulkan agar anggota SIGNIS Regio Sumatera  memproduksi film-film pendek sesuai dengan tema Aksi Puasa Pem­bangun­an (APP). Bila memungkinkan hasilnya sudah dibawa dan dibagikan dalam pertemuan SIGNIS Regio Sumatera yang akan datang. “Film-film tersebut selain menjadi kekayaan, juga bisa membantu karya pastoral Gereja,” katanya. (ws)

 

Tinggalkan Balasan