Simponi Hidup (Renungan KAMIS ADVEN IV, 22 DESEMBER 2016 Oleh Fr. Jon Mezer Manullang)

Kamis, 22 Desember 2016 
1Sam. 1:24-28; MT 1Sam. 2:1,4-5,6-7,8abcd; Luk. 1:46-56. BcO Yes. 43:1-13
warna liturgi Ungu

Simponi Hidup

Peristiwa Elisabet yang dikunjungi Maria mendatangkan rahmat sukacita. Lantas ketika Elisabet memuji Maria dengan berkata: “diberkatilah engkau diantara wanita dan diberkatilah buah tubuhmu, siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku.” Ketika mendengar pujian itu dari Elisabet, Maria langsng mengidungkan pujian (Magnificat) hal itu karena kuasa Tuhan dalam hidupnya.

Saudari-saudara terkasih, atas dasar kedalaman hatinya yang penuh kerendahan hati, ia mengakui bahwa semua itu bukan karena kekuatan yang dialami dan dimilikinya. Tetapi karena kasih Tuhan. Berkat nyanyian pujina Maria, ia mengetahui keberadaan  dirinya dihadapan Allah dan sesama dengan tidak berpikir bahwa dia lebih tinggi dari Tuhan. Dengan jelas Maria mengatakan dia adalah hanya seorang “hamba” Allah.

Perlu kita ketahui Saudari-saudara terkasih bahwa Maria bergembira bukan semata-mata karena hal-hal yang lain, tetapi karena dia diberkati oleh Tuhan.

Jadi, doa (pujian) merupakan suatu bentuk komunikasi yang intim dengan Allah. Di dalam doalah kita bisa memuji, memuliakan Tuhan, dan menyampaikan segala bentuk permohonan yang berdaya guna bagi kita. Mari kita meneladan sikap Maria, dengan kerendahan hatinya sebagai hamba ia tetap memuji Tuhan dengan penuh sukacita. Dengan begitu kita berarti beriman secara total kepada Allah. Untuk beriman kepada Allah, bukan hanya sekadar yang keluar dari bibir kita (oral) tetapi lebih kepada pemaknaan dalam hidup. Bahwa iman itu kita implementasikan dalam setiap dinamika kehidupan kita sehari-hari.

Beriman kepada Allah itu berarti kita perlu untuk mengungkapkan iman itu dengan doa, pujian, dan olah rohani lainnya. (Fr. Jon Mezer Manullang)

Liturgi Hari ini: KAMIS ADVEN IV, 22 DESEMBER 2016….Klik disini!!

Tinggalkan Balasan