Sukacita Pendamping Orang Muda (TFT Sumbar Rinci 17-20 Juli 2015)
[blockquote style=”1″]“Seringkali kita mengahadapi tantangan, rintangan dan penolakan dalam mengajak orang muda keluar dari zona nyamannya. Karenanya sertakanlah Bapa dan Kristus Tuhan dalam karya perutusan kita, sehingga apa yang kita lakukan dapat lebih bermakna.”[/blockquote]
Menjadi pendamping atau pengurus orang muda bukanlah kesenangan, bukan juga karena terpaksa tetapi itu merupakan suatu jawaban kita atas panggilan Tuhan. Demikian disampaikan oleh Pastor Riduan Fransiskus Naibaho, Pr dalam homilinya pada Misa pembukaan Training For Trainers (TFT) atau pelatihan untuk pembina/pendamping Orang Muda Katolik (OMK). Lebih lanjut Pastor Riduan mengajak peserta TFT untuk membentuk dan mendampingi orang muda dengan penuh pengharapan dan kasih setia karena OMK punya potensi besar untuk membangun Gereja, masyarakat, bangsa dan negara.
Kegiatan TFT ini diikuti oleh 27 pendamping dan pengurus OMK utusan dari paroki-paroki rawil Sumbar Rinci yang berlangsung dari 17 hingga 20 Juli 2015 di Aula Puri Dharma Katedral Padang dengan tema “Sukacita Pendampingan Orang Muda”. Selama 4 hari, peserta dilatih untuk bisa menjadi Pembina/pendamping OMK di paroki mereka masing-masing oleh team dari Komisi Kepemudaan Keuskupan Padang yang diketuai oleh Pastor Riduan.
Diawal kegiatan Pastor Riduan memaparkan arti, jenis dan tujuan OMK serta peran dan keadaan OMK ditengah Gereja dan masyarakat dewasa ini. Juga mengenai cara dan pentingnya pastoral OMK karena menurutnya saat ini OMK kita lebih cepat dewasa secara kepribadian. Selanjutnya Raymond Bagariang, team dari komisi kepemudaan memberikan materi tentang kemampuan dasar yang harus dimiliki Pembina OMK. Ia mengajak peserta untuk mengenal kemampuan dasar yang mereka miliki sebagai penggerak, pendamping atau sebagai pemimpin dalam setiap kegiatan OMK.
Di hari kedua kegiatan, mereka dibekali langkah memaksimalkan potensi diri oleh Agnes Meilina Sinaga dan Spiritualitas pendampingan OMK oleh Bernadet Felvi Riaenata. Setelah dikumpulkan per paroki, peserta diminta untuk merefleksikan dan memberi gambaran keadaan nyata OMK di Parokinya masing-masing, baik dari segi rohani yaitu keadaan OMK dalam mengenal Kitab Suci, doa Rosario, pengakuan dosa dan pengetahuan tentang dokumen-dokumen Gereja, maupun dari segi kehidupan bermasyarakat yaitu mengenai keadaan pergaulan dengan lingkungan sekitar, keperibadian, serta situasi konkret lainnya. Kecemasan, kegembiraan dan harapan ke depan juga dibicarakan dalam diskusi kelompok maupun dalam tanya jawab bersama.
Team dari komisi kepemudaan sering kali menyelingi kegiatan dengan gerak dan lagu serta games untuk mencairkan suasana dan berguna untuk mereka sebagai pendamping. Mereka juga memaparkan segala sesuatu tentang gerak dan lagu serta games dan bagaimana cara membuat dan memanfaatkannya dalam setiap kegiatan OMK. Pada hari ketiga kegiatan, peserta diminta untuk menyusun suatu modul kegiatan pendampingan OMK dengan mengambil tema dari Kitab Suci dengan latar belakang situasi real OMK di paroki masing-masing. Modul kegiatan OMK tersebut berisi kegiatan bina iman yang digabung dengan gerak lagu dan games. Setelah modul selesai, masing-masing pendamping OMK paroki mempersentasikannya untuk didiskusikan bersama. Banyak masukan yang diberikan oleh peserta lain dan dari Pastor Riduan dalam diskusi tersebut.
Pada hari terakhir kegiatan, peserta diminta untuk membuat rencana tindak lanjut untuk OMK di Parokinya baik jangka pendek maupun jangka panjang. Selain membekali peserta dengan materi persentasi, komisi kepemudaan juga melatih kedisiplinan dan memperhatikan iman peserta dengan selalu mengadakan ibadat harian pagi (Laudes) dan malam (completorium), misa harian, doa Angelus dan Koronka setiap harinya. Dalam homili misa penutup pada 20 Juli 2015 siang, Pastor Riduan menguatkan peserta yang akan terjun langsung di tengah OMK parokinya. “Seringkali kita mengahadapi tanta
ngan, rintangan dan penolakan dalam mengajak orang muda keluar dari zona nyamannya. Marilah kita sertakanlah Bapa dan Kristus dalam karya perutusan kita, sehingga apa yang kita lakukan dapat lebih bermakna.”ungkapnya.
Maria Margaretta Br Sihaloho dari Paroki Santo Fidelis Payakumbuh mewakili peserta mengungkapkan kebahagiaan yang luar biasa karena bisa mendapatkan ilmu pengetahuan dan hal-hal positif selama kegiatan ini berlangsung dan nantinya bisa diterapkan dan diaplikasikan di paroki masing-masing. Ia berharap agar Pastor Riduan, team komkep tetap menjadi “pokok anggur” dalam membimbing peserta khususnya, maupun OMK secara keseluruhan.Ia juga mengajak team komkep dan semua peserta untuk terus menjaga komunikasi dan untuk saling mendoakan agar karya pelayanan pastoral OMK menuju arah yang lebih baik. (Silvianus Irwan Laoli)
Photo selanjutnya klik di sini!