Tanda Kerelaan (Renungan JUMAT ADVEN IV, 23 DESEMBER 2016 Oleh Fr. Benediktus Bagus Hanggoro K.)

Jumat, 23 Desember 2016 (Hari Biasa Khusus Adven IV)

Bacaan: Mal. 3: 1-4; 4:5-6; Luk. 1: 57-66

Kelahiran seorang anak di tengah-tengah sebuah keluarga merupakan sebuah anugerah luar biasa mengagumkannya karena dapat dikatakan bahwa anak yang lahir tersebut akan mewarisi harta keluarga dan meneruskan garis keturunan keluarga yang bersangkutan. Beberapa kelompok suku bangsa, seperti suku Batak, Nias, Tionghoa, dll, menggunakan marga/fam dalam kekerabatan untuk melestarikan garis keturunan yang telah dimulai sejak zaman dahulu. Nama-nama yang digunakan sebagai marga/fam tersebut adalah tanda yang digunakan sebagai identitas keluarga yang bersangkutan.

Hari ini kisah yang ditampilkan menjelang kelahiran Yesus Kristus adalah kisah tentang kelahiran Yohanes Pembaptis. Yohanes, putra Zakharia dan Elisabet, lahir ketika kedua orang tuanya sudah berumur tua. Ibunya dianggap mandul oleh kalangan masyarakat di sekitar keluarga mereka. Ayahnya menjadi bisu karena ketidakpercayaannya akan kabar kelahiran Yohanes yang diwartakan oleh Malaikat Gabriel ketika ia sedang melaksanakan tugasnya sebagai imam di Bait Allah. Kemampuan Zakharia untuk berbicara kembali didapatkan setelah Yohanes lahir. Di sinilah tampak bahwa kelahiran Yohanes merupakan sebuah tanda akan kuasa Allah yang mengagumkan bagi siapapun yang percaya kepada-Nya.

Saudara-saudari terkasih, kadangkala dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mengalami keraguan akan kuasa Allah dalam kehidupan. Dampak dari keraguan yang ada dalam diri tersebut dapat berupa pertanyaan-pertanyaan kritis seperti yang dilontarkan oleh orang-orang dalam kisah kelahiran Yohanes Pembaptis, “Menjadi apakah anak ini nanti?” Pertanyaan-pertanyaan tersebut menuntut Allah supaya Ia menunjukkan bukti nyata yang mampu meyakinkan diri kita bahwa Allah yang diimani adalah Allah yang sungguh-sungguh berkuasa atas segala sesuatu.

Kerelaan untuk terbuka akan kasih Allah adalah kunci utama untuk menumbuhkan kepercayaan kita akan Allah yang berkuasa. Boleh-boleh saja kita mempunyai pengetahuan tentang Allah yang diterima lewat pelajaran Agama Katolik di sekolah/universitas, ataupun lewat pengajaran para imam dalam Perayaan Ekaristi. Tetapi, pengetahuan tersebut akan menjadi hal yang sia-sia apabila kita tidak rela untuk terbuka terhadap pengetahuan tersebut dan melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari. Itulah yang menyebabkan banyak orang mempertanyakan kepercayaan mereka sampai memilih jalan lain yang lebih beresiko.

Saudara-saudari terkasih, marilah kita semakin mempersiapkan diri menjelang peristiwa kelahiran Tuhan dengan memeriksa diri kita sendiri: apakah kita rela untuk menerima Allah dalam kehidupan kita dan mau mengenalinya secara dekat dan mendalam? Apakah kita mau melaksanakan perintah-perintah-Nya sebagai tanda kerelaan kita untuk menerima-Nya? Marilah kita bertobat dan membuka diri akan kehadiran Allah!

Tuhan, bukalah hati kami yang beku ini supaya kami mampu melihat kehadiran-Mu yang nyata dalam kehidupan kami. Amin. (Fr. Benediktus Bagus Hanggoro K.)

Liturgi Hari ini: JUMAT ADVEN IV, 23 DESEMBER 2016….Klik disini!!

Tinggalkan Balasan