TINGKATKAN KOMUNIKASI & BELASKASIH (Majalah Mekar, Edisi Mei 2016)
TINGKATKAN KOMUNIKASI & BELASKASIH
Mekar, namaku Didik. Aku mau berbagi pengalaman pada teman-teman penggemarmu. Dulu sebelum punya HP aku rajin berdoa dan ke gereja, rajin belajar dan taat pada nasehat orangtua. Tetapi sejak dibelikan HP oleh Ayah, aku semakin tidak karuan. Pelajaran di sekolah banyak ketinggalan, nasehat Ayah dan Ibu sering kuabaikan, aku sibuk dan asyik dengan berbagai game di HP.
Ayah membelikanku HP untuk tujuan baik, yakni agar komunikasi kami semakin lancar bila sedang berjauhan, aku dengan mudah dapat mencari pelajaran sekolah di internet. Tetapi semua itu kuabaikan, karena aku mementingkan kesenangan bermain game. Aku lupa waktu makan dan mandi, belajar dan bahkan ke gereja aku jadi malas. Aku benar-benar lupa diri. Hubunganku dengan Ayah dan Ibu jadi jauh, dengan Yesus pun semakin jauh. Ada sih program yang bagus di internet, yang bersifat rohani, tetapi aku tidak menyukainya.
Di Hari Komunikasi Sosial Sedunia ke-50 ini, aku membaca pesan Bapa Paus. Aku malu pada diriku. Tidak seharusnya sarana komunikasi yang canggih itu membuatku berubah menjadi anak pemalas, nakal, dan egois. Aku tidak mau lagi jauh dari Yesus dan kedua orangtuaku. Aku memohon pengampunan pada Yesus dan orangtuaku. Aku ingin hidup lebih baik dan dapat memanfaatkan kemajuan teknologi di bidang komunikasi untuk tujuan baik. Aku ingin memiliki hati yang penuh ampun dan belaskasih pada sesama. Aku ingin komunikasi dengan Yesus, orangtuaku, dan sesama juga semakin dekat. Aku tidak mau dikuasai HP. Aku harus mengendalikannya”.
Doa dan salamku,
Didik
SANTA MARIA MAGDALENA DE’PAZZI
Magdalena de’Pazzi dilahirkan di Florence, Italia tahun 1566. Ia puteri tunggal dari sebuah keluarga kaya-raya. Ketika usianya empat belas tahun, Magdalena tinggal di asrama sekolah suatu biara. Di sanalah ia mulai mencintai kehidupan religius. Tetapi, setahun kemudian Ayahnya menjemputnya pulang. Ayahnya mulai berpikir untuk memilihkan seorang suami kaya baginya. Tetapi, Magdalena sudah bertekad untuk menjadi seorang biarawati. Kedua orangtuanya amat terkejut ketika ia mengatakan kepada mereka bahwa ia telah mengucapkan kaul kemurnian. Mereka tidak percaya.
Akhirnya, mereka mengijinkan Magdalena masuk Biara Karmelit. Namun, hanya lima belas hari kemudian, mereka dating menjemputnya pulang. Mereka berharap dapat mengubah pikirannya. Setelah tiga bulan berusaha membujuknya tanpa hasil, mereka akhirnya menyerah. Mereka membiarkannya pergi untuk selamanya dengan restu mereka. Hal itu terjadi pada tahun 1582, tahun wafatnya St. Theresia Avila di Spanyol.
Ketika masih novis, Santa Maria Magdalena sakit parah. Para biarawati kuatir jika ia meninggal. Sebab itu, ia diijinkan segera mengucapkan kaul religiusnya. Melihat penderitaannya yang begitu hebat, salah seorang biarawati bertanya kepadanya bagaimana ia dapat menahan rasa sakit tanpa mengeluh sama sekali? Maria Magdalena menunjuk ke arah salib, katanya, “Lihatlah, betapa kasih Tuhan yang demikian besar itu telah menderita bagi keselamatanku. Kasih yang sama melihat segala kelemahanku dan memberiku kekuatan.”
Santa Maria Magdalena mengalami banyak penderitaan sepanjang hidupnya. Ia juga mengalami berbagai pencobaan berat akan ketidakmurnian dan keserakahan akan makanan. Ia dapat mengatasi segala pencobaan itu dengan cintanya yang besar kepada Yesus dalam Ekaristi Kudus dan kepada Bunda Maria. Sering ia hanya makan roti dan minum air putih saja. Ia juga melakukan latihan-latihan penyangkalan diri yang lain. Cintanya kepada Yesus begitu mendalam hingga ia berkata, “Kasih tidak dikasihi, Kasih tidak dikenali oleh makhluk ciptaan-Nya Sendiri”.
Dengan bercucuran air mata, ia berdoa serta mempersembahkan segala penderitaannya demi silih bagi para pendosa dan orang-orang yang tidak percaya, hingga akhir hayatnya. Santa Magdalena pernah berkata,“Oh Yesus-ku, andai saja aku mempunyai suara yang cukup kuat dan lantang hingga terdengar ke seluruh penjuru dunia, aku akan berseru-seru agar Engkau dikenal dan dikasihi oleh semua orang!”.
Santa Maria Magdalena de’Pazzi wafat pada 25 Mei 1607 dalam usia empat puluh satu tahun. Ia dinyatakan kudus oleh Paus Klemens IX pada tahun 1669. Gereja merayakan hari pestanya setiap 25 Mei. “Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita.” (1Yohanes 4:10).
Adik-adik yang manis, semoga teladan St. Maria Magdalena de’Pazzi dalam menghadapi berbagai penyakit dan penderitaan menyemangati kita untuk tabah dan berani menyerahkan diri pada Yesus, sebab hanya Yesus yang mengasihi kita dengan sehabis-habisnya. Kasihilah Yesus dengan berbuat baik dan mengasihi sesama terlebih dahulu. (red)