Berita dan Artikel Komisi Kepemudaan dan KKI – Panggilan
Artikel Kepemudaan, Panggilan dan KKI
Mendampingi orang muda itu gampang-gampang susah. Sewaktu saya masih seumuran anak omk, rasanya ikut kegiatan di sekitar Gereja itu indah. Yang menjadi daya pikat waktu itu adalah pertemanan yang banyak, tema untuk berkumpul bisa dibuat apa saja, nanti toh ujung-ujungnya kalau rapat resmi sudah selesai, kita masih pada nongkrong. Hal lain yang memikat adalah bagaimana susahnya kalau mau bubar ke rumah masing-masing itu serupa dengan susahnya waktu mau berkumpul.
Yah… namanya juga orang muda. Kita terkenal dengan mood-mood-an, bertindak berdasarkan perasaan, kumpul asal kumpul, tidak punya uang tapi tampangnya seneng, tidak pulang malam tapi sering pulang kepagian sewaktu tukang ronda pulang, tidak punya ketepatan waktu karena kita masih primitif, mengandalkan jam matahari… dan masih banyak lagi keluhan dari orang tua kalau bicara tentang orang muda.
Pengalaman di atas adalah sekelumit pengalaman 30an tahun lalu. Bagaimana dengan orang muda di masa digital revolution 4.0 sekarang? Varian stigma orang tua dan litani keluhan pihak Gereja tentu memiliki keragaman dan kategori berbeda. Maka kita semua yang membaca artikel ini, saya yakin memiliki rasa cinta dan tanggung jawab pada pendampingan mereka. Pertanyaannya adalah bagaimana mendampingi orang muda? Harus mulai dari mana? Modul kerjanya dan SOP untuk pertemuan mingguan apa?
Mari kita berpikir optimis dan melangkah bersama orang muda. Daya vitalitas dan kreatifnya tanpa batas. Mereka mampu melakukan lebih dari 3 hal sekaligus. Spiritualitas hacker yang mereka miliki itu jauh melebihi apa yang kita sangka. Cita-cita mereka dan jenis pekerjaan mereka mungkin belum ada dalam kamus kita. Menyadari ini semua, bagaimana karakter seorang pendamping yang diharapkan oleh orang muda? Saya menggarisbawahi tentang yang diharapkan oleh orang muda, supaya gaya bahasa dan dunia kita itu sejajar. Berikut beberapa karakter yang diharapkan dan nanti bisa diperkaya lagi oleh saudara/i sekalian:
- Team oriented. Pendamping diharapkan sanggup bekerja dalam team untuk menghasilkan orang muda yang sanggup bekerja di dalam tim, tahu menempatkan diri dalam jejaring orang muda serta bersedia dikoreksi dan memperbaiki diri, serta mengoreksi dan mengusulkan perbaikan. Ia bukanlah seorang single fighter di paroki, melainkan seorang yang murah hati membagi kekuasaan dan mendelegasikan tugas dalam berbagai tim yang dibentuknya.
- Berdaya magis. Pendamping terus berupaya mengorientasikan diri untuk mengoptimalkan secara maksimal, daripada yang minimal bisa dikerjakan dalam perencanaan, program, pelaksanaan, monitoring, evaluasi dan refleksi. Kemampuan multi-tasking, khas anak muda, mendorongnya untuk menyesuaikan diri dengan logika sentripetal mereka, bukan linear, piawai dalam komunikasi dan karya
- Spiritualitas pengharapan. Pendamping tidak terjebak dalam litani keluhan tentang orang muda, tetapi berani menyalakan lilin dalam kegelapan dengan tujuan agar periode mendatang lebih baik daripada masa/periode saat ini. Di sini ia diharapkan memberi hati – perhatian pada tiap pribadi orang muda dalam kata dan karya yang murah hati dan berbelas kasih.
- Memperkaya. Pendamping diharapkan sanggup memberikan arah, wacana dan ide-ide konkret untuk mengembangkan jatidiri orang muda, dengan berorientasi lebih memberdayakan dan memampukan mereka agar lebih berkembang dari Dalam hal ini, ia diajak untuk berada dekat dengan Allah, atau terbuka pada gerak Roh Allah untuk melayani masa depan Gereja dengan sukacita dan murah hati, sembari membuka diri pada berbagai pilihan yang terwujud dalam komitmen kata dan karya.
- Responsif. Pendamping mampu mengorientasikan diri pada inisiatif, tidak menunggu, cenderung mengunjungi dan tidak minta didatangi, serta mudah dihubungi demi melayani Kerajaan Allah. Sebuah metode pastoral berbasis analisis dan data, goal oriented daripada activities oriented, organizing people daripada organizing events, lebih diharapkan menjawab tantangan kontekstual setempat, daripada sebuah karya yang berbasis feeling atau hobby. Paham orang, paham konteks dan paham cara merupakan trisula ide kreatif pendampingan berbasis data.
Membaca ini semua, kadang membuat saya patah hati. Anak-anak muda udah terbiasa main game online beregu. Lawan mereka adalah group anonim yang beranggotakan user anonim yang saling tidak mengenal. Tetapi mereka membentuk satu group dan berkomitmen kuat untuk mencapai tujuan bersama: menang melawan tim anonim lawan!
Hebat bukan??? Mereka memiliki naluri team oriented, berdaya magis (komitmen maksimal!), punya harapan, memberikan yang terbaik bagi team dan responsif! Inilah struktur antropologis orang muda avatar yang kita dampingi.
Berjalan bersama mereka, membutuhkan fleksibilitas untuk hal-hal sekunder dan ketegasan dalam prinsip. Mereka adalah generasi yang terus mencari, terus bergerak, logikanya kadang lompat-lompat kayak anak katak sampai kita pusing mereka-reka… tapi itulah mereka dengan sukacita dan tenaga yang tak pernah habis. Lalu, program apa saja yang bisa dijalankan bersama mereka?
Mari kita nongkrong dulu di tenda biru… Salam Orang muda!