Jadilah OMK yang rendah hati dan selalu berbuah (LKTD Sumbar)
Dewasa ini orang muda cenderung takut untuk menunjukkan identitasnya sebagai orang Katolik dan masih sedikit yang berani terjun di organisasi kemasyarakatan. Keprihatinan inilah yang menjadi dasar diadakannya kegiatan Latihan Kepemimpinan Tingkat Dasar (LKTD). Demikian disampaikan oleh Fajar Cahyono SS dalam sambutannya mewakili Bimbingan Masyarakat (Bimas) Katolik Sumatera Barat pada pembukaan LKTD di Aula Paroki Santo Fransiskus Assisi, Padang 21-23 Agustus 2015. Lebih lanjut ia meyampaikan harapannya agar diwaktu yang singkat ini, peserta LKTD bisa lebih berani dan lebih militan dalam menjaga keberlangsungan Gereja dimana saja berada. Nantinya orang muda Katolik yang ikut serta bisa menegakkan kepala, bangga menjadi orang katolik.
Kegiatan Latihan Kepemimpinan Tingkat Dasar ini merupakan kerjasama antara Bimas Katolik dengan Komisi Kepemudaan Keuskupan Padang dan diik
uti oleh 20 orang muda Katolik (OMK) utusan dari Paroki-Paroki Rawil Sumbar daratan. Dalam Homili Misa Pembukaan kegiatan, Pastor Riduan Fransiskus Naibaho Pr, Ketua Komisi Kepemudaan Keuskupan Padang
mengajak peserta untuk meniru kesetiaan Ruth. Bagaimana Ruth tetap mengikuti mertuanya kemanapun ia pergi dalam kerangka penyelenggaraan keselamatan ilahi. Kita saat ini juga harus setia kepada nilai-nilai utama Gereja yaitu Kasihilah Tuhan Allahmu, dan kasihilah sesamamu seperti dirimu sendiri. “Sebagai kader katolik, saya berharap kalian bisa mengamalkan mencintai Allah dengan sungguh, berarti dengan jalan mencintai sesama manusia siapapun dia seperti mencintai diri kita sendiri,”ajaknya.
Setelah Misa pembukaan, P. Riduan Naibaho Pr. memaparkan materi tentang OMK dan Gereja. Imam Diosesan Keusukupan Padang ini menjelaskan mengenai hakekat Gereja dan OMK, bahwa kita semua adalah Gereja. Gereja yang dimaksud adalah orang-orang yang dikuduskan dan diutus oleh Allah untuk mengabarkan kabar gembira. Maka sebagai orang muda, kita diutus bukan untuk berpan
gku tangan melainkan untuk bekerja keras mewartakan Kristus dalam tingkah laku dan sikap kita dalam memperlakukan orang lain. Ia juga mengajak peserta untuk melihat sikap dan tingkah laku nyata yang sudah dilakukan di lingkungan masing-masing.
Pada sesi “Yesus Pemimpin yang berani dan militant” peserta juga diberi motivasi untuk menjadi kader Katolik yang lebih baik dengan mengambil teladan hidup dari Mgr. Albertus Soegijapranata. Selain menjadi Uskup Agung pertama di Indonesia, Soegijapranata dikenal sebagai imam Katolik pertama yang menyesuaikan dan mengembangkan ajaran Katolik berdasarkan adat ketimuran. Pada masa penjajahan Belanda, ia tid
ak hanya memperjuangkan kelangsungan Rumah Sakit St.Carolus, namun juga berjuang menentang anggapan bahwa gereja identik dengan kolonial Belanda. Dari kisah hidup Mgr. Albertus Soegijapranata ini, peserta diminta untuk menuliskan impian mengenai kehidupan Gereja dan langkah-langkah nyata yang akan mereka lakukan untuk mewujudkannya.
Berikutnya melalui “Mengembangkan potensi diri” peserta diarahkan untuk mengenal diri sendirinya sendiri. Ada yang memiliki kepribadian koleris, melankolis, sanguinis, dan plegmatis. Dipaparkan semua kelebihan, kelemahan, cara menghadapi kelemahan diri sendiri tersebut, dan juga bagaimana menghadapi orang-orang yang berbeda karakter kepribadiannya dengan kita. Setelah mengenali diri, peserta diminta untuk memiliki impian, memperluas wawasan, melakukan tindakan nyata untuk mencapai impian, selalu berpikir positif, membayangkan ap
a yang akan dilakukan jika mencapai impian, berteman dengan orang-orang positif, terus bangkit saat mengalami kegagalan, melakukan sesuatu dengan sungguh-sungguh dan penuh sukacita. Semuanya itu ditanamkan untuk terus mengembangkan potensi diri.
Di setiap sesi kegiatan LKTD, Team Komisi Kepemudaan menyisipkan lagu, gerak serta games untuk mengembalikan semangat dan konsentrasi peserta. Tak lupa juga, peserta ditugaskan untuk mencari dan mengungkapkan makna yang tersirat di dalam setiap games tersebut. Iman peserta akan Kristus diperhatikan melalui Misa harian, ibadat pagi dan malam, Doa Angelus, dan Sakramen Tobat. Dalam hal jasmani, diadakan juga senam pagi bersama pada setiap hari selama kegiatan berlangsung.
Pada Sabtu 22/8 sore, peserta mengikuti kegiatan outbond di lapangan sepak bola di samping gereja Santo Fransiskus Assisi. Komisi Kepemudaan membuat permainan-permainan yang bertujuan untuk melatih kedisiplinan, kepercayaan akan diri sendiri dan teman, melatih kerjasama, kesabaran, kepemimpinan dan keberanian untuk tampil di depan orang banyak. Walau lelah, berat dan cuaca yang sedikit panas, namun peserta tetap semangat menyelesaikan semua permainan. Rekreasi terpimpin merupakan kegiatan pada malam harinya. Secara berkelompok, peserta menampilkan kemampuan yang mereka miliki melalui gerak, lagu, drama dan puisi. Sebagai kelanjutan peserta untuk kegiatan di Paroki masing-masing, dibuatlah rancangan tindak lanjut. Banyak masukan dari peserta dan Pastor Riduan dalam diskusi rancangan tindak lanjut ini.
Dalam homili misa penutupnya Pastor Riduan, yang memberikan seluruh materi, kembali menguatkan iman peserta agar lebih berani mempercayakan diri kepada Allah dengan setia. Kesetiaan iman berarti ikut ambil bagian dalam kesetiaan Kristus kepada Gereja yang tanpa syarat, dalam kondisi apapun sampai selama-lamanya. “Bahwa iman itu adalah setia akan Allah Bapa yang selalu hadir dalam peristiwa hidup kita, membimbing, menjaga kita, walau terkadang pahit dan tidak mengenakan.”ungkapnya. Pembimas Katolik Sumatera Barat, Hendrikus Jomi, S.Ag dalam kata penutupnya menyampaikan harapannya agar peserta bisa mengembangkan dan memanfaatkan apa yang didapatnya selama kegiatan LKTD ini di paroki masing-masing. “Jadilah OMK yang rendah hati dan selalu berbuah”tutupnya. (Silvianus Irwan Laoli)









