KAMIS 15 September 2016: Peringatan Wajib BUNDA MARIA BERDUKACITA
Gelar “Bunda Dukacita” diberikan kepada Bunda Maria dengan menitikberatkan pada sengsara dan dukacitanya yang luar biasa selama sengsara dan wafat Kristus. Menurut tradisi, sengsara Bunda Maria ini tidak terbatas hanya pada peristiwa-peristiwa sengsara dan wafat Kristus; melainkan meliputi “tujuh dukacita” Maria, seperti yang dinubuatkan Nabi Simeon yang memaklumkannya kepada Maria, “Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan – dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri -, supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang.” (Lukas 2:34-35). Tujuh Dukacita Bunda Maria meliputi Nubuat Simeon, Pengungsian Keluarga Kudus ke Mesir; Kanak-kanak Yesus Hilang dan Diketemukan di Bait Allah; Bunda Maria Berjumpa dengan Yesus dalam Perjalanan-Nya ke Kalvari; Bunda Maria berdiri di kaki Salib ketika Yesus Disalibkan; Bunda Maria Memangku Jenasah Yesus setelah Ia Diturunkan dari Salib; dan kemudian Yesus Dimakamkan. Secara keseluruhan, nubuat Simeon bahwa sebilah pedang akan menembus hati Bunda Maria digenapi dalam peristiwa-peristiwa tersebut. Oleh sebab itu, Bunda Maria terkadang dilukiskan dengan hatinya terbuka dengan tujuh pedang menembusinya. Dan yang terpenting ialah bahwa setiap dukacita diterima Bunda Maria dengan gagah berani, dengan penuh kasih, dan dengan penuh kepercayaan, seperti digemakan dalam Fiat-nya, “jadilah padaku menurut perkataan Tuhan,” yang diucapkannya pertama kali dalam peristiwa Kabar Sukacita.
Peringatan Santa Perawan Maria Berdukacita mulai populer pada abad keduabelas, meskipun dalam berbagai gelar yang berbeda. Beberapa tulisan didapati berasal dari abad kesebelas, teristimewa di kalangan para biarawan Benediktin. Pada abad keempatbelas dan kelimabelas, peringatan dan devosi ini telah tersebar luas di kalangan Gereja.
Yang menarik, pada tahun 1482, peringatan ini secara resmi dimasukkan dalam Misale Romawi dengan gelar “Santa Perawan Maria Bunda Berbelas Kasihan,” (Our Lady of Compassion) dengan menekankan besarnya cinta kasih Bunda Maria yang diperlihatkannya dalam sengsara bersama Putranya. Kata `compassion’ berasal dari kata Latin `cum’ dan `patior’ yang artinya “menderita bersama”. Dukacita Bunda Maria melampaui dukacita siapa pun oleh sebab ia adalah Bunda Yesus, yang bukan hanya Putranya, melainkan juga Tuhan dan Juruselamatnya; Bunda Maria sungguh menderita bersama Putranya. Pada tahun 1727, Paus Benediktus XIII memasukkan Peringatan Santa Perawan Maria Bunda Berbelas Kasihan dalam Penanggalan Romawi, yang jatuh pada hari Jumat sebelum Hari Minggu Palma. Peringatan ini kemudian ditiadakan dengan revisi penanggalan yang diterbitkan dalam Misale Romawi tahun 1969.
Pada tahun 1668, peringatan guna menghormati Tujuh Dukacita Maria ditetapkan pada hari Minggu setelah tanggal 14 September, yaitu Pesta Salib Suci. Peringatan ini kemudian disisipkan dalam penanggalan Romawi pada tahun 1814, dan Paus Pius X menetapkan tanggal yang permanen, yaitu tanggal 15 September sebagai Peringatan Tujuh Duka Santa Perawan Maria (yang sekarang disederhanakan menjadi Peringatan Santa Perawan Maria Berdukacita). Penekanan utamanya di sini adalah Bunda Maria yang berdiri dengan setia di kaki salib di mana Putranya meregang nyawa; seperti dicatat dalam Injil St. Yohanes, “Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya: `Ibu, inilah, anakmu!’ Kemudian kata-Nya kepada murid-murid-Nya: `Inilah ibumu!’” (Yohanes 19:26-27). Konsili Vatikan Kedua dalam Konstitusi Dogmatis Tentang Gereja menulis, “…ia sesuai dengan rencana Allah berdiri di dekatnya. Di situlah ia menanggung penderitaan yang dahsyat bersama dengan Putranya yang tunggal. Dengan hati keibuannya ia menggabungkan diri dengan korban-Nya, yang penuh kasih menyetujui persembahan korban yang dilahirkannya.” (#58).
St. Bernardus (wafat tahun 1153) menulis, “Sungguh, ya Bunda Maria, sebilah pedang telah menembus hatimu…. Ia wafat secara jasmani oleh karena kasih yang jauh lebih besar daripada yang dapat dipahami manusia. Bunda-Nya wafat secara rohani oleh karena kasih seperti yang tak dapat dibandingkan selain dengan kasih-Nya.” (De duodecim praerogatativs BVM).
Dengan menekankan belas kasihan Bunda Maria, Bapa Suci kita, Paus Yohanes Paulus II, mengingatkan umat beriman, “Bunda Maria yang Tersuci senantiasa menjadi penghibur yang penuh kasih bagi mereka yang mengalami berbagai penderitaan, baik fisik maupun moral, yang menyengsarakan serta menyiksa umat manusia. Ia memahami segala sengsara dan derita kita, sebab ia sendiri juga menderita, dari Betlehem hingga Kalvari. ‘Dan jiwa mereka pula akan ditembusi sebilah pedang.’ Bunda Maria adalah Bunda Rohani kita, dan seorang ibunda senantiasa memahami anak-anaknya serta menghibur dalam penderitaan mereka. Dengan demikian, Bunda Maria mengemban suatu misi istimewa untuk mencintai kita, misi yang diterimanya dari Yesus yang tergantung di Salib, untuk mencintai kita selalu dan senantiasa, dan untuk menyelamatkan kita! Lebih dari segalanya, Bunda Maria menghibur kita dengan menunjuk pada Dia Yang Tersalib dan Firdaus!” (1980).
Oleh sebab itu, sementara kita menghormati Bunda Maria, Bunda Dukacita, kita juga menghormatinya sebagai murid yang setia dan teladan kaum beriman. Marilah kita berdoa seperti yang didaraskan dalam doa pembukaan Misa merayakan peringatan ini: “Bapa, sementara PutraMu ditinggikan di atas salib, Bunda-Nya Maria berdiri di bawah kaki salib-Nya, menanggung sengsara bersama-Nya. Semoga Gereja-Mu dipersatukan dengan Kristus dalam Sengsara dan Wafat-Nya, sehingga beroleh bagian dalam kebangkitan-Nya menuju hidup baru.” Dengan meneladani Bunda Maria, semoga kita pun dapat mempersatukan segala penderitaan kita dengan sengsara Kristus, serta menghadapinya dengan gagah berani, penuh kasih dan kepercayaan.
Antifon Pembukaan
Simeon berkata kepada Maria, “Anak ini menentukan jatuh bangkitnya banyak orang di Israel.
Ia menjadi tanda yang menimbulkan pertentangan. Dan hatimu sendiri akan ditembus oleh pedang.”
Kata Pengantar
Menjadi Bunda Penebus adalah suatu kehormatan, suatu anugerah. Tetapi bagi Bunda Maria bukan tanpa duka cita. Ia sudah mendengar hal itu ketika bertemu dengan Simeon di kenisah. Kemudian ia tahu iri hati dan kebencian kaum Farisi dan ahli kitab terhadap puteranya. Ia mendengar pula berita sewaktu Puteranya ditahan dan sikap orang Yahudi pada hari Jumat Agung. Ia menyaksikan juga perjalan Puteranya ke puncak Kalvari dan penderitaan-Nya di salib. Tak dapat dilukiskan apa yang terjadi di dalam hati seorang ibu dalam suasana demikian. Namun ia tetap pada tugasnya di bawah salib.
Doa pembukaan
Marilah berdoa:
Allah Bapa, sumber kekuatan kami, ketika Putera-Mu ditinggikan di salib,
Ibunda-Nya berdiri di situ dan ikut menderita. Semoga kami pun ikut serta dalam sengsara yang diderita Kristus demi keselamatan umat manusia,
agar kami dapat ikut serta pula dibangkitkan bersama Dia, yang hidup …
Bacaan Pertama –Ibrani 5:7-9
Sebagai Allah dan manusia tentunya Kritus amat peka perasaan-Nya bagaimana komunikasi antara Allah dan manusia telah terputus. Ketaatan-Nya yang sempurna membuka jalan pepulih dan keselamatan.
“Yesus pokok keselamatan abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya”
Pembacaan dari Surat kepada Orang Ibrani:
Saudara-saudara, dalam hidup-Nya sebagai manusia, Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia, yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut, dan karena kesalehan-Nya Ia telah didengarkan.
Dan sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya, dan sesudah Ia mencapai kesempurnaan-Nya, Ia menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya.
Demikianlah Sabda Tuhan
Syukur kepada Allah
MAZMUR TANGGAPAN
Kita memuji Allah kar’na besar cinta-Nya
Mazmur 33:1-2.4-5.18-19
Bersorak-sorailah dalam Tuhan, hai orang-orang benar! Sebab memuji-muji itu layak bagi orang jujur. Bersyukurlah kepada Tuhan dengan kecapi, bermazmurlah bagi-Nya dengan gambus sepuluh tali.
Sebab firman Tuhan itu benar, segala sesuatu dikerjakan-Nya dengan kesetiaan. Ia senang pada keadilan dan hokum; bumi penuh dengan kasih setia-Nya.
Sungguh, mata Tuhan tertuju kepada mereka yang bertakwa, kepada mereka yang berharap akan kasih setia-Nya: Ia hendak melepaskan jiwa mereka dari maut, dan memelihara mereka pada masa kelaparan.
BAIT PENGANTAR INJIL
S: Alleluya. U: Alleluya.
S: Berbahagialah engkau, Sang Perawan Maria, sebab di bawah salib Tuhan engkau menjadi martir tanpa menumpahkan darahmu
U: Alleluya.
Bacaan Injil— Yohanes 19:25-27
Pada saat-saat terakhir hidup-Nya di dunia, Yess masih mau menghibur Ibunda-Nya dengan menyerahkan kepada murid-Nya terkasih, dan menghibur pula umat manusia dengan penyerahan Ibunda-Nya itu sebagai Bunda umat manusia.
“Inilah anakmu… Inilah ibumu”
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes:
Waktu Yesus bergantung di salib, di dekat salib itu berdirilah ibu Yesus dan dan saudara ibu-Nya, Maria, isteri Klopas dan Maria Magdalena.
Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya: “Ibu, inilah, anakmu!”
Kemudian kata-Nya kepada murid-murid-Nya: “Inilah ibumu!” Dan sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya
Demikianlah Injil Tuhan
Terpujilah Kristus
Doa Persembahan
Allah Bapa yang mahamurah,
Engkau menghendaki Ibunda Yesus dengan tabah berdiri di kaki salib serta menunjukkan dia sebagai Bunda Kami.
Maka terimalah kiranya dengan rela doa dan persembahan yang kami unjukkan ini demi kemuliaan nama-Mu dan untuk menghormati Bunda kami tercinta itu.
Demi Kristus, …
Antifon Komuni
Bergembiralah saudara-saudara, bila menderita bersama Kristus, supaya dapat ikut bergembira dan bersuka ria, bila kemuliaan-Nya kelak dinyatakan.
Doa Penutup
Marilah berdoa:
Allah Bapa, sumber penebusan kami,
pada hari ini kami telah menerima kurnia pembawa keselamatan kekal,
dalam merenungkan dan menghormati duka cita Santa Perawan Maria,
Bunda Kami. Semoga apa yang masih kurang pada penderitaan Kristus dapat dilengkapi pula dalam diri kami guna kepentingan seluruh umat-Mu.
Demi Kristus, …