YESUS  KRISTUS   HIKMAT   BAGI  KITA (Pesan Natal 2018)

PESAN NATAL BERSAMA

PERSEKUTUAN GEREJA-GEREJA DI INDONESIA (PGI)

DAN KONFERENSI    W ALIGEREJA    INDONESIA   (KWI)

TAHUN 2018
                                                                      –                        

YESUS  KRISTUS   HIKMAT   BAGI  KITA

 

Saudara-Saudari  terkasih,

Setiap kali merayakan  Natal,  kita bersukacita  atas kelahiran  Yesus. Peristiwa  ini sungguh menyatakan betapa besar kasih Allah kepada kita: “sehingga Ia telah mengaruniakan  Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya  kepadaNya  tidak binasa,  melainkan  beroleh hidup yang kekal” (Yoh 3: 16). Kedatangan-Nya   disambut   baik  oleh  para  gembala,  yakni  orang-orang   kecil  yang  merindukan   Ju• ruselamat, maupun oleh orang-orang  Majus, yakni kalangan bijak dan terhormat  yang mencari kebenaran dan keselamatan.  Janji Allah akan keselamatan  terwujud  dalam diri Yesus,  yang meskipun Anak Allah telah merendahkan  diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib” (Flp 2:8). Melalui kerendahan hati dan pengorbanan  diri, Yesus melaksanakan  rencana Allah untuk menyelamatkan  manusia.  Begitulah hikmat Allah yang berbeda dengan hikmat dunia.  Itulah sebabnya Paulus men yebut Yesus sebagai hikmat Allah bagi kita (lKor  1: 24.30).

Sudah lebih dari dua ribu tahun  Yesus datang  ke dunia, tetapi  karya  keselamatan  yang Dia tawarkan kepada umat manusia  masih harus terus diwujudkan.  Banyak orang telah menanggapi  undangan  Allah ini dalam hidup sehari-hari,  di antaranya,  dengan menjunjung  tinggi  hak asasi manusia  (HAM).  Akan tetapi, kita masih menjumpai  orang yang tidak peduli pada suara hati dan tidak mengindahkan  hati nurani serta tidak malu terhadap  sesamanya  dan tidak takut kepada Allah hingga berbuat sesuatu yang melang• gar hak asasi  manusia.  Tiada  lagi  sukacita  dan  gembira  ketika  manusia  diperlakukan  tidak  adil oleh sesama;  saat HAM diinjak-injak.

Saudara-Saudari  terkasih,

Hak asasi manusia adalah hak dasar yang melekat yang dianugerahkan  Allah kepada setiap orang.  Perwujudan  HAM  secara  baik  dan  benar  membuat  manusia  hidup  secara  manusiawi.  Dalam  Perjanjian Lama,  Allah  memanggil  para  nabi,  salah  satunya,  untuk  mewujudkan   keadilan  yang juga  berkaitan dengan HAM. Nabi  Amos  mengingatkan   bahwa mereka  yang menginjak-injak   hak asasi orang-orang lemah dan miskin tidak akan hidup sejahtera (bdk. Am 5:   11-12). Lalu,  Amos mengajak  umatnya: Carilah yang  baik dan Jangan yang jahat,  supaya kamu hidup;  dengan  demikian  TUHAN, Allah semesta alam,  akan menyertai kamu, ... “(Am  5: 14).

Kita patut bersyukur kepada Allah karena bangsa Indonesia menjunjung  tinggi HAM. Kita pantas berterimakasih kepada pemerintah yang telah berusaha menangani masalah HAM secara serius. Sekalipun demikian, persoalan HAM masih terjadi di sejumlah tempat. Pelanggaran  HAM berat di masa lalu belum selesai secara tuntas.  Hak hidup  layak di bidang  ekonomi,  sosial,  dan budaya  yang berkaitan  dengan keamanan dan kenyamanan  hidup masih terganggu di beberapa daerah. Kebebasan  berbicara dan berujar dikacaukan  oleh  maraknya  ujaran  kebencian  dan berita  bohong  yang  kadang  disertai  kekerasan  baik secara fisik maupun  psikis.  Ancaman,  pengrusakan,   dan penutupan  rumah  ibadah  masih  terjadi.  Ijin mendirikan  rumah  ibadah  masih  tersendat.  Eksploitasi  alam berlebihan  dan transaksi  penjualan  tanah masih merugikan masyarakat  tertentu. Hak ekologis untuk menikmati  lingkungan  yang sehat tidak sepenuhnya dirasakan terutama oleh kalangan masyarakat sederhana karena pencemaran  air, tanah, dan udara. Hal-hal sedemikian merupakan  pelanggaran  terhadap HAM dan itu adalah tindakan manusia yang hidup menurut hikmat dunia.

Syukur kepada  Allah,  berkat  Yesus  Kristus  kita dipanggil  untuk  hidup  menurut  hikmat  ilahi.  Yesus Kristus  itulah hikmat  Allah  bagi kita. Kristus  itulah yang mengajarkan  kita nilai-nilai  Kerajaan  Allah serta mengajak kita hidup saling mengasihi  dan rela berkorban  demi terciptanya  kesejahteraan  bersama. Yesus menunjukkan  hikmatnya,  melalui pewartaan  Injil dan tindakan belaskasihan,  untuk menguduskan dan menebus kita. Paulus merumuskannya  dengan bagus: Tetapi oleh Dia kamu berada dalam Kristus Yesus, yang oleh Allah telah menjadi hikmat bagi kita.  Ia membenarkan  dan menguduskan  dan menebus kita.” (lKor  1 :30)

Kita diajak untuk menyadari  panggilan  sebagai pribadi  berhikmat  yang  dipilih  untuk melayani  bukan untuk dilayani. Prilaku pemimpin  yang koruptif telah merusak kesadaran  moral masyarakat  seolah jalan pintas yang tidak pantas  itu adalah cara cepat mencapai keberhasilan.  Tindakan  koruptif  sering berhubungan dengan pelanggaran  HAM. Untuk itu, kita membutuhkan  pemimpin  dan wakil rakyat yang penuh hikmat. Hal ini sejalan dengan  sila ke-4 Pancasila:  “Kerakyatan  yang dipimpin  oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan  perwakilan.”

Saudara-Saudari  terkasih,

Natal  mengingatkan  kita  akan hikmat  Allah  yang diwujudkan  dalam  diri  Yesus. Natal  bukan  semata mengenang kelahiran Yesus sebagai bayi di atas palungan, tetapi juga kehidupan  Yesus yang penuh hikmat dan dicurahi  Roh Kudus.  Ia datang  membawa  Tahun  Rahmat  Tuhan  (bdk.  Luk 4:  18-19).  Kata-katanya  tidak  menekan,  tetapi  menyejukkan.   Nasihatnya  tidak  menina-bobokan,   tetapi  menegur  dan memberi jalan.  Tegurannya  bukan  penghujatan,  tetapi jalan  keselamatan.   Ajarannya  bukan  asal menyenangkan,  tetapi mengembalikan   martabat  manusia.  Saat ditanya  murid-murid  Yohanes apakah Dia itu Mesias, Yesus menjawab:  “Pergilah,  dan katakanlah kepada Yohanes apayang  kamu lihat dan kamu dengar: Orang buta melihat,  orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir,  orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan  dan kepada orang miskin diberitakan  kabar baik” (Luk 7:  22).

Marilah kita merayakan  Natal bukan hanya dengan nyanyian  dan pujian  saja, tetapi juga  dengan upaya konkret untuk  hidup  dalam  hikmat  Allah.  Kita diajak  untuk membela  hak-hak  asasi manusia  sebagai ungkapan kewajiban  asasi manusia.  Perayaan kelahiran  Yesus, Sang Juruselamat,  menjadi saat dan kesempatan untuk memahami  hakikat HAM secara baik dan benar,  menyadari   luhurnya martabat manusia, dan pentingnya  gerakan menghormati  hak asasi manusia.

Semoga Natal ini sungguh menjadi saat bagi kita untuk bersukacita dan bergembira.   Yesus, Sang Imanuel dan Hikmat  Allah bagi kita, sungguh  lahir di tengah-tengah  kita dan memimpin  kita untuk hidup dalam hikmat  Allah.

SELAMAT NATAL  2018 DAN TAHUN BARU 2019

 

Jakarta,  14 November  2018

 

Tinggalkan Balasan