SEMANGAT BARU SANG MISIONARIS CILIK [MEKAR EDISI JANUARI 2018]

KAMU ADALAH MISIONARIS CILIK
DI TAHUN 2018!

Adik-adik terkasih, setelah menerima pembaptisan, kita menjadi murid Kristus. Sebagai murid Kristus, kita diutus untuk menjadi pewarta Kabar Gembira ke seluruh dunia dan ke semua bangsa. Apa yang dapat kamu lakukan? Tahun 2017 sudah berlalu, dan Tahun Baru 2018 menyambutmu dengan harapan yang baru.

Mekar, Piyung, Cha-Cha, dan Gemil ingin semua sahabatnya memiliki semangat baru di Tahun Baru ini. Semangat untuk memperbaiki cara berpikir, bersikap dan berkata-kata yang buruk menjadi lebih baik. Terutama berjuang bersama Yesus dan menjadi misionaris cilik sejati, yang beriman kuat dan tidak tergoyahkan oleh berbagai godaan yang menyesatkan. Kamu dapat memulainya dari rumah dengan bersikap hormat dan rajin membantu orangtua, sayang adik kakak. Di sekolah dengan rajin belajar, menyayangi guru serta teman. Di paroki, rajin ikut Misa Kudus dan Bina Iman Anak. Dan di mana pun kamu berada, kamu menyadari dirimu adalah anak Tuhan, yang harus berbudi luhur dan cinta sesama.

Bapa Paus, Fransiskus pada Hari Orang Muda Sedunia 2013, mengatakan: “Orang-orang muda yang terkasih, kamu semua juga bisa menjadi saksi-saksi yang penuh sukacita dan kasih Tuhan, saksi-saksi yang berani untuk mewartakan Injil, membawa kepada dunia ini sinar cahaya-Nya”. Itu berarti kamu juga dipanggil untuk menjadi misionaris di lingkungan di mana kamu hidup. Maukah kamu? Marilah di Tahun 2018 ini, kita “Ceritakan kemuliaan-Nya di antara bangsa-bangsa dan perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib di antara segala suku bangsa” (I Tawarikh 16: 24). Sebab dengan demikian, kita membalas kebaikan dan cinta Yesus. Kamu adalah Misionaris Cilik di tahun 2018!

 

St. Julianus & St. Basilissa

St. Julianus dan St. Basilissa adalah pasangan suami isteri. Mereka hidup pada awal abad keempat. Cinta akan iman mendorong mereka melakukan sesuatu yang gagah berani: mereka mengubah rumah mereka menjadi sebuah rumah sakit. Dengan demikian, mereka dapat merawat mereka yang sakit dan miskin yang membutuhkan pertolongan mereka.

St. Julianus merawat pasien pria, sementara St. Basilissa merawat pasien perempuan. Pasangan tersebut menemukan Yesus dalam diri orang-orang yang mereka layani. Mereka melakukan semua karya pelayanan itu karena cinta, bukan karena uang ataupun tujuan lain.

Kita tidak tahu banyak mengenai kehidupan pasangan tersebut. Namun dari beberapa sumber dicatat bahwa St. Basilissa wafat setelah mengalami penganiayaan dahsyat karena imannya. Julianus hidup lebih lama. Ia melanjutkan karya pelayanan kasihnya terhadap mereka yang sakit setelah kematian isterinya. Julianus juga wafat sebagai martir.

Basilissa dan Julianus melewatkan seluruh hidup mereka dengan menolong sesama dan melayani Tuhan. Mereka menanam benih iman dengan hidup kudus. Mereka menyirami iman itu dan membuatnya tumbuh subur dengan darah mereka yang dicurahkan bagi Yesus yang tersalib. Gereja merayakan hari pesta mereka setiap 9 Januari.

Adik-adik yang terkasih, hubungan kita dengan sesama dapat membantu kita melayani Tuhan dengan lebih baik. Berdoalah mohon penyertaan Tuhan agar kamu dapat menjalin persahabatan dengan sebanyak mungkin teman, sehingga nilai-nilai persaudaraan, persatuan dan perdamaian tumbuh dalam kehidupanmu. Lakukanlah karya sosial tanpa pamrih dan dengan tulus hati, sebab semua itu kita persembahkan hanya kepada Tuhan.

Tinggalkan Balasan