Melakukan Kehendak Allah (Renungan Selasa, 24 Januari 2017 Peringatan Wajib Santo Fransiskus dari Sales Fr. Benediktus Bagus Hanggoro K.)
Selasa, 24 Januari 2017 (Pw. Santo Fransiskus dari Sales, Uskup dan Pujangga Gereja)
Bacaan: Ibr 10:1-10; Mrk 3:31-35
Pada suatu malam, seorang teman datang kepada saya. Ia kelihatan sedang membutuhkan sesuatu. Saya langsung menduga bahwa ia sedang sakit karena pada saat itu kebutuhan obat belum tersedia dan saya adalah satu-satunya orang yang mempunyai kebutuhan obat yang sangat dasar, yaitu P3K. Dari cara berpakaiannya pula, yaitu berjaket tebal-menurut saya-dan mengenakan kaus kaki, saya sudah menduga bahwa ia sedang demam dan flu. Saya memintanya untuk berbaring di tempat tidur, setelah itu saya mengolesi dadanya dengan balsem khusus flu. Seorang teman lain yang melihat apa yang saya lakukan terhadap teman yang sakit ini bertanya kepada saya dengan sedikit ketus, “Mengapa kamu sebegitunya memperhatikannya?” Saya hanya menjawab dengan singkat, “Saya melakukan apa yang patut saya lakukan terhadapnya.”
Saudara-saudari terkasih, bacaan-bacaan hari ini hendak membantu kita untuk merenungkan apa arti iman kita. Penulis surat kepada orang Ibrani (Bac. I) dengan indah melukiskan kedatangan Yesus Kristus adalah untuk melakukan kehendak Bapa yang mengutus-Nya ke dunia (bdk. Mzm 40:9). Dalam bacaan Injil, orang yang melakukan kehendak Allah adalah ibu dan saudara-saudari-Nya (bdk. Mrk 3:35). Kalimat “melakukan kehendak Allah” yang ada dalam bacaan I dan Injil hari ini menjadi jawaban tentang arti iman kita. Kita menyatakan iman kepada Yesus Kristus untuk melakukan kehendak Allah. Dari sini timbul pertanyaan: kehendak Allah yang seperti apa yang kita lakukan? Kehendak Allah yang harus kita lakukan adalah berbuat kasih. Ya, karena Allah adalah kasih (bdk. 1Yoh 4:16) maka ia menghendaki kita sebagai citra-Nya untuk berbuat kasih seperti yang dilakukan-Nya lewat pengurbanan diri-Nya di salib. Tuhan mengajak kita untuk menghidupi kasih-Nya lewat apa yang kita ucapkan, kita pikirkan, kita rasakan, dan kita lakukan. Kasih adalah hukum yang utama (bdk. Mat 22:37-40), yang berarti kasih mendasari kata, pikiran, perasaan, dan perbuatan kita. Melalui bacaan-bacaan hari ini, marilah kita semakin mengembangkan diri dalam perkataan dan tindakan yang mencerminkan kasih Allah.
Tuhan, tuntunlah kami dengan kasih-Mu yang mengagumkan. Amin. (Fr. Benediktus Bagus Hanggoro K.)
Liturgi Hari ini: SELASA 24 JANUARI 2017 PERINGATAN WAJIB SANTO FRANSISKUS DARI SALES