MENGIKUTI JALAN PELAYAN: Renungan Minggu Biasa XXIX/B, 18 Oktober 2015 (MINGGU MISI KE-89)

MENGIKUTI JALAN PELAYANAN
Hari Minggu Biasa XXIX (18 Oktober 2015)
Yes 53:10-11; Ibr 4:14-16;
Mrk 10:35-45

BACAAN HARI ini mengajak kita untuk melihat gambaran tentang hidup dan wafat Yesus untuk kita. Di dalam Kitab Yesaya, Yesus digambarkan sebagai seorang hamba yang menderita. Di dalam Surat kepada Orang Ibrani, Yesus digambarkan sebagai Imam Agung, dan penginjil Markus menggambarkannya sebagai Pelayan. Kita sering berpikir bahwa penderitaan seseorang merupakan hukuman atas dosa dan kesalahannya. Namun gambaran hamba yang menderita dalam kitab Yesaya tidaklah demikian. Hamba itu orang benar, dia menderita karena memikul kejahatan banyak orang.

Sekarang ini banyak orang miskin dan menderita, tetapi bukan karena kesalahan mereka, melainkan karena mengalami ketidakadilan. Ada banyak orang yang solider dan membela kepentingan orang-orang yang tersingkir itu. Yesus menderita bukan karena dosa dan kesalahan-Nya, melainkan karena setia kawan menanggung penderitaan dunia. Injil mengisahkan karya dan pelayanan Yesus yang menanggung beban dosa manusia. “Anak manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani…” (Mrk 10:45). Pelayanan Yesus dijalankan dengan kata-kata dan dengan perbuatan-Nya.
Pelayanan Yesus yang total tidak terlepas dari risiko yang harus ditanggung. Yesus menanggung risiko pelayanan-Nya sampai titik akhir, yakni kematian. Pelayanan Yesus tidak dijalankan sebagai pemimpin yang memerintah dengan kekuatan, apalagi kekerasan, tetapi dengan pelayanan dan pengurbanan diri. Yesus tidak mengandalkan kekuatan dan kekerasan, melainkan kehendak Allah, kuasa Allah yang berbelas kasih.

Dalam surat kepada orang Ibrani, Yesus digambarkan sebagai Imam Agung. Ia digambarkan sebagai Imam Agung bukan karena membuat upacara kurban, bukan pula karena dibunuh dalam upacara kurban. Gambaran ini diambil karena ada kemiripan lahiriah upacara kurban dengan wafat Yesus, yakni penumpahan darah. Pelayanan Yesus bukanlah pelayanan menjalankan upacara kurban, melainkan memaklumkan Kerajaan Allah dengan sabda dan tindakan. Penumpahan darah di kayu salib ditanggung-Nya sebagai konsekuensi dari pelayanan-Nya. Gambaran Imam Agung ingin menunjuk peranan Yesus sendiri. Imam Agung dalam Perjanjian Lama dilihat sebagai tokoh yang menjadi pengantara, mewakili umat di hadapan Allah. Seperti Imam itu Yesus adalah pengantara manusia di hadapan Allah. Dialah Pengantara antara Allah dengan manusia dan antara manusia dengan Allah.

Yesus menderita sampai wafat di kayu salib, agar kita menemukan jalan masuk ke dalam Kerajaan Allah. Yesus walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap setara dengan Allah, melainkan mengosongkan Dirinya dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia kecuali dalam hal dosa. Dalam keadaan sebagai manusia, Yesus taat sampai mati di kayu salib. Oleh sebab itu, mengikuti Yesus berarti mengikuti jalan pelayanan dan penyerahan diri. Menjadi murid Yesus berarti memilih Yesus sebagai jalan, menempuh jalan solider terhadap penderitaan.

Pesan Bapa Suci untuk Hari Minggu Misi Ke-89 (18 Oktober 2015)paus

– Misa: 

Antifon Pembukaan –Mazmur 17:6-8

Aku berseru kepada-Mu sebab Engkau mendengarkan daku, ya Allah.
Sendengkanlah telinga-Mu kepadaku, dengarkanlah kata-kataku.
Jagalah aku bagaikan biji mata, sembunyikanlah aku dalam naungan sayap-Mu.

Tinggalkan Balasan