Mewartakan Kabar Gembira dalam Kemajemukan: BKSN 2018

Bulan Kitab Suci Nasional tahun 2018 ini mengambil tema “Mewartakan Kabar Gembira dalam Kemajemukan.” Seperti sudah dikatakan sebe- lumnya, selama empat tahun (2017-2020) BKSN akan merenungkan “Mewartakan Injil di tengah Arus Zaman” sebagai tema besar. “Mewartakan Injil” menjadi fokus utama, sementara untuk tahun 2018 ini, kekhasannya terletak pada kata “kemajemukan.” Dengan demikian, tema BKSN 2018 ini sungguh sesuai dengan situasi Gereja Indonesia yang di satu pihak, tetap dipanggil dan didorong untuk mewartakan Kabar Sukacita; tetapi di lain pihak, hidup dalam kemajemukan, sebuah situasi yang menuntut perhatian khusus.

Karena situasi yang mirip ini, maka arahan FABC berkaitan dengan triple dialogue yang mesti mengiringi perutusan pewartaan Kabar Sukacita, kiranya juga relevan untuk Gereja Indonesia. Oleh karena itu, dalam BKSN tahun ini kita akan merenungkan panggilan mewartakan Injil dengan memperhatikan triple dialogue ini. Berturut-turut kita akan merenungkan:

a. Dialog dalam kemajemukan kaya – miskin
b. Dialog dalam kemajemukan budaya
c. Dialog dalam kemajemukan agama

Kemudian untuk yang keempat? Marilah kita menyadari bahwa kekristenan sendiri merupakan sesuatu yang majemuk. Jika Anda sempat sampai ke Gereja Makam Suci di Yerusalem, di sanalah Anda akan melihat sesuatu yang sangat ironis. Justru di tempat di mana Yesus pernah dimakamkan, di sana terlihat perpecahan para pengikut-Nya. Oleh karena itu, pada minggu IV BKSN, kita merenungkan bersama kemajemukan yang de facto terdapat dalam Tubuh Kristus atau Gereja sendiri.
Untuk pendalaman Kitab Suci di masing-masing minggu, beberapa teks bisa ditawarkan.

Minggu I : dialog dengan kemiskinan Mat. 14:13-21
Minggu II : dialog dengan budaya Mat. 1:18-25
Minggu III : dialog dengan agama lain Mrk. 9:38-41
Minggu IV : dialog dengan Gereja lain Yoh. 17:20-23

Pada bagian berikut ini, teks-teks ini akan diperdalam untuk memper- jelas bagaimana masing-masing teks bisa berperan dalam mengolah tema-tema mingguan. Harus diakui bahwa teks-teks yang dipilih ini tidak langsung jelas berkaitan dengan tema yang sedang direnungkan. Mengapa demikian? Karena tema-tema yang dibicarakan dalam masing- masing pertemuan sebenarnya merupakan refleksi kemudian yang dihasilkan dalam perjalanan Gereja atau boleh dikatakan bahwa tema- tema itu adalah tema-tema modern, kecuali misalnya tema kemiskinan. Dialog dengan kebudayaan atau dengan agama lain, bukanlah keprihatinan utama Gereja Awal. Tidak mengherankan kalau untuk tema-tema tersebut sulit atau tidak bisa ditemukan teks-teks alkitabiah yang langsung berkaitan dengan tema.

Tinggalkan Balasan