Surat Gembala Uskup Padang pada Tahun Jubileum Kerahiman dan Tahun Persekutuan (2016)


Logo Keuskupan Padang1“Bersatu Erat Seperti Kristus 
Dengan Bapa-Nya;
Bermurah Hati Seperti Bapa”
(bdk. Yoh 10:30; Luk 6:36)

Surat Gembala Uskup Padang pada Tahun Jubileum Kerahiman dan Tahun Persekutuan

Saudara/i seiman yang terkasih dalam Tuhan !
Kita syukuri tahun 2015 yang akan/sudah berlalu. Tahun Pelayanan di Keuskupan kita. Tak terhitung anugerah Allah kepada kita, juga dalam kekurangan, beban dan perjuangan yang kita alami. Kita terima dengan syukur penuh harapan tahun 2016. Tahun ini diamanatkan Bapa Suci Paus Fransiskus sebagai Tahun Jubileum Kerahiman unuk seluruh Gereja se-jagad. Bagi kita, tahun ini adalah Tahun Persekutuan di Keuskupan kita, melanjutkan tahun Pelayanan 2015 yang lalu. Kerahiman Allah adalah sumber dan dasar Persekutuan di dalam Gereja. Kerahiman dan persekutuan amatlah erat bertalian satu sama lain.

A. Jubileum Kerahiman : Menjadi Rahim Seperti Bapa.

1. Karena kerahiman-Nya Allah mencipta. Dalam Allah yang maharahim itu kita ada, hidup dan bergerak. Dalam kerahiman-Nya Allah memanggil kita untuk ambil bagian dalam hidup-Nya, menjadi makin serupa dengan diriNya (bdk. Mat 5:48). Dengan setia dan teguh Dia memelihara kita. Dia memberi kita Yesus Kristus. Yesus Kristus adalah wajah kerahiman Bapa; penampilan dan kehadiran sempurna cinta Bapa bagi kita.

2. Yesus, Putera Allah menjelma menjadi manusia pada Natal; Allah beserta kita, Immanuel. Dia-lah yang menyampaikan kerahiman Bapa dalam seluruh hidup-Nya, dalam ajaran, firman dan kurban-kematian serta kebangkitan-Nya. Dia-lah wajah dan kehadiran kerahiman sempurna Bapa. Dia yang datang dari surga, menjelma menjadi manusia dan sama seperti kita kecuali dalam hal dosa dan menyerahkan hidup-Nya sebagai tebusan bagi kita.

3. Yesus membebaskan kita dari dosa, melepaskan kita dari kematian, dan menempatkan kita di jalan kehidupan dan kebahagiaan. Berkat kurban salib-Nya, Allah menjadikan kita anak-anakNya dan ahli waris bersama Kristus.

4. Paus Fransiskus menetapkan Tahun Jubileum Kerahiman Allah. Dalam Tahun Jubileum Kerahiman ini, secara khusus kita mau menyerap kerahiman Allah dan menjadi rahim dalam sikap dan tindakan kita, dengan kekayaan rohani dan jasmani yang ada pada kita. Dengan iman, kita mau menyadari dan menghayati betapa dalam, luas dan tingginya kerahiman Allah bagi kita. Kita berziarah menghadap Allah dan menghadap pintu kerahiman-Nya dengan ulah tapa, karya kasih dan pertobatan kita. Kita mau menyesali bahwa kita tidak selalu terbuka menerima dan menghayati kerahiman dan belas kasih Allah. Kita tidak selalu mau diubah dan dibaharui oleh Allah untuk menjadi rahim dan berbelas kasih seperti Bapa berbelaskasih.
Kita mau dibentuk dan dibaharui Allah kembali untuk menjadi rahim dan berbelaskasih kepada sesama serta menjadi saluran berkat dan rahmat Tuhan bagi sesama. Bapa Suci menegaskan tercurahnya indulgensi penuh atas diri kita yang menerima kerahiman Allah dan berusaha sungguh menjadi rahim seperti Dia.

5. Maka di Tahun Jubileum Kerahiman ini, kita akan mengusahakan hidup doa, ulah tapa, ziarah batin menuju Allah, menerima sakramen tobat dan pengampunan. Kita mau, meningkatkan karya cinta kasih kepada sesama, baik jasmani maupun rohani. Kita juga bisa melangkah jauh dan melompat tinggi dengan kerahiman Allah untuk berdamai, mengampuni, dan mengasihi mereka yang bersalah kepada kita. Sikap dasar kita akan dibaharui Tuhan menjadi rahim dan berbelas kasih, seperti Allah Bapa kita. Tuhan menghendaki kita menjadi pembagi dan pewarta kerahiman-Nya yang tak terbatas kepada dunia dan turut membangun budaya kerahiman dan belas kasih. Kita juga perlu melakukan katekese tentang sikap, tindak, serta menyelenggarakan ritus liturgis dan indulgensi Jubileum Kerahiman ini.

B. Tahun Persekutuan : Satu seperti Kristus Dengan Bapa Dan Disukai Oleh Semua Orang.

6. Kita dilahirkan ke dalam kehidupan dan diangkat menjadi anak Allah karena kerahiman Allah; dicipta dan ditebus oleh darah Tuhan kita Yesus Kristus. Kita disatukan ke dalam persekutuan, Gereja. Gereja adalah tubuh Kristus dan Kristus adalah Kepala Gereja. Kristus memelihara da menghidupkan Gereja dengan Roh Kudus. Gereja sebagai persekutuan itu tidak lain adalah keluarga, komunitas dengan banyak anggota, tetapi yang terjalin satu sama lain oleh Roh Kudus. Kristus mengantar kita kepada kebebasan anak-anak Allah (Fil 2), menghimpun kita di dalam keluarga-Nya, menjadikan kita anggota di dalam satu Tubuh dan Dia-lah Kepala kita (1Kor, 12.); menjadikan kita satu kawanan dan Dialah Gembala kita (Yoh 10:11.14).

7. Persekutuan kita (Gereja) ini adalah persatuan kasih, kekeluargaan. Persekutuan ini ada di dunia tetapi tidak dari dunia ini; persekutuan ini ada untuk dunia. Kristus menjaganya dan tidak dikalahkan oleh kerajaan maut. Kristus merindukan bahwa Gereja tidak bercacat, indah dan kokoh seperti persatuan Dia dengan Bapa-Nya. Kristus mendoakan kesatuan itu (bdk. Yoh 17:9), dan dengan kesatuan itulah kita akan dikenal sebagai murid Kristus (Yoh 17:11.22). Persekutuan kita adalah persekutuan seperti Bapa, Putera dan Roh Kudus; seperti Bapa dan Kristus satu (Yoh 10:30), demikian pun kita semua yang percaya kepada Kristus.

8. Persekutuan yang utuh dan menyeluruh ini, yang hangat dan akrab, yang merupakan hidup kita ini, sesungguhnya adalah mentalitas, karakter dan jati diri kita. Itulah eksistensi kita. Eksistensi yang demikian itu pula-lah yang merupakan “kota di atas gunung yang bersinar dan menjadi pelita untuk dunia” (bdk. Mat 5:14). Persekutuan itu pula-lah kesaksian kita, tanda bahwa kita adalah murid-murid Yesus Kristus (bdk. Yoh 13:35). Gereja, persatuan dan persekutuan kita orang-orang beriman adalah buah kerahiman Allah dan dipercaya oleh Allah untuk mewartakan kerahiman itu.

9. Sesudah menjalani Tahun Pewartaan, Liturgi, Diakonia, dengan meresapi Kerahiman Tuhan, kita masuki Tahun Persekutuan. Dengan berpegang pada dasar bahwa teladan persekutuan kita, yakni Allah Tritunggul Mahakudus, dan bahwa kekuatan persekutuan kita adalah Roh Kudus, di tahun ini kita mau lebih menyadari dengan penuh syukur hadir dan tumbuhnya persekutuan kita sebagai anggota Tubuh Yesus Kristus.

10. Di tahun ini kita syukuri keluhuran jati diri kita sebagai keluarga Allah ! Kita lihat sisi-sisi kehidupan bersama yang perlu kita perkuat untuk meningkatkan indahnya persekutuan kasih kita. Kita mau memperkuat dan menghidupkan bentuk-bentuk dan cara persekutuan agar dihayati secara lebih jelas, seperti keluarga-keluarga kita, kelompok-kelompok, gerakan spiritual dan kerahiman. Merenungkan dan menyerap serta menghayati kerahiman Allah, baik secara pribadi, juga dalam hidup keluarga kita masing-masing. Hidup keluarga dirancang Allah sebagai bentuk dan cara persekutuan kasih yang luar biasa. Maka perlu kita hayati dan pelihara secara khusus. Kita juga perlu membangun dan menghayati persekutuan dalam komunitas-komunitas kring/rayon, lingkungan, stasi serta paroki. Hal ini juga akan membantu kita membangun persaudaraan kasih yang dikehendaki Kristus yang melampaui dan mengatasi perkumpulan manusiawi mana pun, yang membuat kita bersinar dan disukai banyak orang (bdk. Yoh 13:35).

11. Sejalan dengan itu, kita juga mau dengan jujur melihat dan mengakui kekurangan, kelemahan, bahkan kedosaan kita melawan persekutuan, entah karena perbedaan, kelalaian, egoisme, kemalasan, tidak rela berkorban, dan tidak menjadi rahim seperti Bapa kita. Kita rancang program untuk menyempurnakan penghayatan persekutuan itu, a.l. dengan melihat sikap dan sifat serta keadaan yang bertentangan dan merusak persekutuan, karena perbedaan apa pun; kita perangi dengan sungguh-sungguh hal-hal yang memisahkan kita satu sama lain. Di dalam komunitas, kita lihat orang dan/atau kelompok yang kurang bersekutu, entah karena sikap mereka atau karena kita tidak menganggap dan memperlakukan mereka sebagai saudara terkasih.

Penutup

Saudara/i seiman yang terkasih !
Betapa luhur dan indahnya hidup kita sebagai anak-anak Allah di dalam Kristus yang dihimpun dalam persekutuan Gereja. Allah selalu rahim, mahabaik dan mahapengasih terhadap kita. Dengan Allah yang satu dan sama itu, dan dihidupi oleh RohNya; dengan mengikuti Yesus Kristus sebagai Tuhan, Guru, dan Gembala, kita adalah tanda kehadiran dan kerahiman Allah untuk satu sama lain dan menjadi terang, garam dan ragi bagi kehidupan yang makin dicabik oleh sikap tidak acuh, egois, diwarnai kekerasan, dan pengkotak-kotakan.

Selamat Natal dan Tahun Baru ! Rahmat dan damai sejati, sukacita dan jaminan kuasa Allah yang maharahim tercurah melimpah kepada kita semua untuk menjadi rahim dan rasul persekutuan. Saudara sekalian selalu dalam doaku dan kupersembahkan kepada Allah Tuhan kita.

Padang, 27 Desember 2015
Pada Pesta Keluarga Kudus, Yesus-Maria-Yoseph
Uskupmu,

Mgr. Martinus D. Situmorang, OFM Cap
NB :
Dibacakan pada Hari Raya Santa Maria Bunda Allah, tanggal 01 Januari 2016 atau pada Hari Raya Penampakan tuhan, tanggal 03 Januari 2016, sebagai ganti homili/kotbah.

Tinggalkan Balasan