TAK GENTAR AKAN PENDERITAAN (Renungan Jumat Agung, 25 Maret 2016)

TAK GENTAR AKAN PENDERITAAN
Jumat Agung (25 Maret 2016)
Yes 52:13-53:12; Ibr 4:14-16; 5:7-9;
Yoh 18:1-19:42

MADAH KEEMPAT tentang hamba Tuhan ini mencoba merenungkan makna penderitaan hamba Tuhan yang taat dan setia. Dalam ketiga madah sebelumnya, hamba Tuhan dilukiskan sebagai seorang yang dipilih secara khusus oleh Tuhan untuk menyatakan hukum kepada bangsa-bangsa. Seorang yang diutus secara khusus oleh Tuhan untuk menjadi terang bagi bangsa-bangsa, dan seorang yang taat serta setia dalam melaksanakan misi khusus tersebut. Juga ditegaskan bahwa hamba Tuhan itu lemah lembut dan panjang sabar, meskipun ia menghadapi sejumlah tantangan dan mengalami banyak penderitaan. Situasi menyedihkan dan memilukan itulah yang direnungkan lebih jauh dalam madah keempat ini.

Seperti ditegaskan dalam madah pertama, Tuhan secara khusus telah memanggil hamba-Nya untuk maksud menyelamatkan. Jadi semua peristiwa yang dihadapi dan dialami oleh hamba Tuhan itu perlu ditafsirkan dalam kerangka misi penyelamatan tersebut. Segala penderitaan dan kesengsaraan yang menimpa hamba Tuhan merupakan kurban penebus dosa bagi banyak orang. Hamba Tuhan sendiri sebetulnya bersih dari dosa, tetapi ia rela berkurban untuk menebus kesalahan orang lain. Berkat pengutusan hamba Tuhan itu, akhirnya banyak orang memperoleh keselamatan. Karena ketaatan serta kesetiaannya kepada Tuhan, ia akan diberi ganjaran yang setimpal oleh Tuhan. Sesudah penderitaan dan kesengsaraan, ia akan memperoleh kemenangan dan kemuliaan.

Pengakuan iman akan Yesus Kristus sebagai Imam Besar Agung merupakan tema pokok dari Surat Ibrani. Bacaan kedua ini adalah pemakluman ketiga tentang tema pokok tersebut. Pemakluman ketiga ini juga menekankan solidaritas Yesus dengan manusia dan kesetiaan-Nya kepada Allah. Menurut tradisi orang Ibrani, para imam bertugas untuk mempersembahkan berbagai macam kurban. Semua kurban persembahan itu dimaksudkan untuk memelihara hubungan harmonis antara manusia dengan Allah. Para imam adalah perantara manusia dan Allah. Sebagai perantara manusia, para imam menyampaikan permohonan manusia kepada Allah. Sebagai perantara Allah, para imam menyampaikan berkat Allah kepada manusia. Fungsi perantara ini terlaksana dengan sempurna dalam diri Yesus Kristus. Ia turut merasakan kelemahan-kelemahan manusia dan telah dicobai sama seperti manusia pada umumnya. Karena itu sebagai seorang yang solider dengan manusia, Yesus dapat menyampaikan segala permohonan manusia kepada Allah. Karena kesetiaan-Nya kepada Allah, permohonan yang disampaikan-Nya telah didengarkan Allah. Dengan demikian Yesus Kristus pantas diakui imam besar Agung, pilihan Allah sendiri.


Dibandingkan kisah sengsara menurut Matius, Markus, dan Lukas, kisah sengsara menutut Yohanes ini sangat istimewa. Dalam kisah sengsara menurut Yohanes, sama sekali tidak terdapat kisah Yesus yang merasa sedih dan gentar di taman Getsemani. Jika kisah sengsara menurut Matius, Markus, dan Lukas menonjolkan segi kemanusiaan Yesus, maka kisah sengsara menurut Yohanes menonjolkan segi ke-Allah-an Yesus. Dalam kisah sengsara menurut Yohanes ini, Yesus ditampilkan sseorang yang sangat berwibawa dan penuh kuasa. Ketika para prajurit datang untuk menangkapnya, Yesus maju ke depan dan menanyai mereka, siapa yang mereka cari? Ketika mereka menjawab, “Yesus dari Nazareth!” Ia langsung mengaku, “Akulah Dia!”. Terhadap Pilatus yang mengadili Dia, Yesus berkata, “Engkau tidak mempunyai kuasa apa pun terhadap Aku, jikalau kuasa itu tidak diberikan kepadamu dari atas!” Sesuai rencana Allah, Yesus memberikan nyawa-Nya menurut kehendak-Nya sendiri. Dengan demikian kisah sengsara menurut Yohanes lebih merupakan kisah kemuliaan Yesus.


Pada hari peringatan sengsara dan wafat Yesus ini, kita diajak untuk merenungkan kembali makna penderitaan dan kematian. Ketiga bacaan hari ini mewartakan pesan bermakna bagi kita bahwa penderitaan dan kematian orang benar tidaklah sia-sia, sebab berguna bagi keselamatan banyak orang. Bahwa solidaritas Yesus dengan penderitaan dan kematian manusia menjamin keselamatan abadi mereka yang taat kepada-Nya. Bahwa kepercayaan kepada Allah membuat orang tidak gentar menghadapi penderitaan dan kematian.

Tinggalkan Balasan