Ekaristi Minggu Paskah IV, 22 April 2018 (Hari Minggu Panggilan)

“Mati agar orang lain dapat hidup” merupakan tantangan untuk pengabdian tanpa pamrih. Semua orang tahu akan semboyan itu. Sebab kita terharu, melihat pahlawan-pahlawan yang mengurbankan hidup mereka demi kemerdekaan, ataupun mendengar tentang pahlawan-pahlawan lain yang mengabdikan diri tanpa pamrih sedikitpun untuk kepentingan-kepentingan agama, sosial atau politik. Contoh-contoh demikian bukan hal langka, karena kehidupan sehari-hari membuka kesempatan luas untuk bertindah sebagai pahlawan tanpa menyolok.
Tiada orang yang memiliki cinta kasih lebih besar daripada yang mempertaruhkan hidupnya untuk sesamanya. Yang telah dibuktikan oleh Kristus sepenuhnya, menjadi perintah baru bagi kita. Seturut teladan Kristus penganut-Nya juga akan mempertaruhkan hidupnya. Mereka akan saling membantu dan mengabdikan diri sepenuhnya agar orang lain dapat hidup bebas. Itu berarti bahwa kita harus mengingkari diri kita, bermati raga. Dari situlah Kristus akan menumbuhkan hidup baru, hidup yang selalu baru, yang akan menghubungkan kita semua dengan Dia.

Antifon Pembukaan –Mzm 33:5-6

Bumi penuh dengan kasih setia Tuhan, oleh Firman Tuhan langit dijadikan, alleluya.

Pengantar

Gambaran gembala dengan ratusan dombanya kiranya bagi kita agak asing. Namun kiranya tidak begitu sulit meraba apa yang dimaksud dengan perumpamaan itu. Yesus menyatakan diri-Nya sebagai gembala baik. Gembala baik mempertaruhkan hidupnya agar kita menikmati kehidupan sejati. Sebab kita ini diangkat menjadi putera dan puteri Allah, dan dimaksudkan mempererat hubungan kita dengan Dia. Seperti para Rasul kita pun harus memberi kesaksian tentang kebahagiaan itu, dan seturut teladan para Rasul kita hendaknya mewartakan, bahwa Kristus, yang telah tersalib dan bangkit, membawa kesehatan dan keselamatan.

Seruan Tobat

Tuhan Yesus Kristus, Engkaulah Gembala baik, yang mengenal kami domba-domba-Mu dengan segala kelemahan kami.
Tuhan, kasihanilah kami.

Engkaulah Gembala Baik, yang mempertaruhkan hidup-Mu demi keselamatan dan kebahagiaan kami.
Kristus, kasihanilah kami.

Engkaulah Gembala Baik, yang menghidupi kami dengan hidup ilahi-Mu sendiri.
Tuhan, kasihanilah kami.

Doa Pembukaan

Marilah bedoa:
Ya Allah, umat-Mu selalu bersukacita karena semangatnya telah Engkau barui. Semoga kami hari ini bergembira karena telah Engkau angkat menjadi anak-anak-Mu menantikan hari kebangkitan dengan harapan penuh syukur. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah sepanjang segala masa.
Amin

Bacaan Pertama – Kis 4:8-12a

Petrus menyembuhkan seorang yang lumpuh di dekat pintu gerbang kenisah. Ia menyembuhkannya seturut teladan Yesus dan atas nama-Nya. Dengan itu ia mendapat kesempatan untuk berbicara kepada orang banyak tentang keselamatan yang diperoleh Kristus bagi mereka. Pemimpin-pemimpin Yahudi takut, kalau Petrus dan Yohanes melanjutkan karya Guru mereka. Maka mereka ditangkap dan diajukan ke sidang Sanhedrin. Di situ Petrus menyatakan bahwa berkat wafat dan kebangkitan-Nya Kristus memperoleh kuasa atas umat beriman. Para Rasul mengajar dan menyembuhkan atas nama-Nya. Demi nama-Nya semua akan diselamatkan.

“Hanya Yesuslah sumber keselamatan.”

Pembacaan dari Kitab Kisah para Rasul:
Tatkala dihadapkan Mahkamah Agama Yahudi karena telah menyembuhkan seorang lumpuh, Petrus, yang penuh dengan Roh Kudus berkata, “Hai pemimpin-pemimpin umat dan tua-tua, jika kami sekarang harus diperiksa karena suatu kebajikan kepada seorang sakit dan harus menerangkan dengan kuasa manakah orang itu disembuhkan, maka ketahuilah oleh kamu sekalian dan oleh seluruh umat Israel, bahwa semua itu kami lakukan dalam nama Yesus Kristus, orang Nazaret, yang telah kamu salibkan, tetapi dibangkitkan Allah dari antara orang mati. Karena Yesus itulah orang ini sekarang berdiri dengan sehat di depan kamu. Yesus adalah batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan yaitu kamu sendiri, namun ia telah menjadi batu penjuru. Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia.

Demikianlah sabda Tuhan.
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan

Ref. Tangan kanan Tuhan telah memperlihatkan kekuatan. Tangan kanan Tuhan telah menjunjungku. Maka aku tak akan mati, melainkan hidup abadi.

Mzm 118:1.8-9.21-23.26.28.29
 1. Bersyukurlah kepada Tuhan, sebab Ia baik! Kekal abadi kasih setia-Nya! Lebih baik berlindung pada Tuhan, daripada percaya kepada manusia. Lebih baik berlindung pada Tuhan daripada percaya kepada para bangsawan.
 2. Aku bersyukur kepada-Mu, sebab Engkau telah menjawab aku dan telah menjadi keselamatanku. Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan, telah menjadi batu penjuru. Hal itu terjadi dari pihak Tuhan, suatu perbuatan ajaib di mata kita.
 3. Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan! Kami memberkati kamu dari dalam rumah Tuhan. Allahkulah Engkau, aku hendak bersyukur kepada-Mu, Allahku, aku hendak meninggikan Dikau. Bersyukurlah kepada Tuhan, sebab Ia baik! Kekal abadi kasih setia-Nya.

Bacaan Kedua – 1Yohanes 3:1-2

Kita ini putera dan puteri Allah. Memang demikianlah adanya, meskipun tidak semua orang menangkapnya. Tetapi kita berharap akan selalu semakin mirip dengan Allah.

“Kita melihat Yesus dalam keadaan-Nya yang sebenarnya.”

Pembacaan dari Surat Pertama Rasul Yohanes:
Saudara-saudara terkasih, lihatlah, betapa besarnya kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita, sehingga kita disebut anak-anak Allah, dan memang kita adalah anak-anak Allah. Karena itu dunia tidak mengenal kita, sebab dunia tidak mengenal Allah. Saudara-saudaraku yang terkasih, sekarang kita adalah anak-anak Allah, tetapi belum nyata bagaimana keadaan kita kelak. Akan tetapi kita tahu bahwa apabila Kristus menyatakan diri-Nya, kita akan menjadi sama seperti Dia, sebab kita akan melihat Dia dalam keadaan-Nya yang sebenarnya.

Demikianlah Sabda Tuhan.
Syukur kepada Allah.

BAIT PENGANTAR INJIL Yoh 10:14

S: Alleluya. U: Alleluya.
S: Akulah gembala yang baik, sabda Tuhan; Aku mengenal domba-domba-Ku, dan domba-domba-Ku mengenal Aku.
U: Alleluya.

Bacaan Injil – Yohanes 10:11-18
Seorang buruh bayaran akan mudah sekali meninggalkan domba-domba gembalaannya, karena domba-domba itu bukan miliknya sendiri. Tetapi Kristus adalah gembala yang baik. Ia mengenal domba-domba-Nya dan memelihara domba-domba itu. Bapa menghendaki agar domba-dombanya hidup secara baru. Dan karena Bapa begitu saying kepada kita maka Putera-Nya akan merelakan hidup-Nya.

“Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya.”

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes:
Sekali peristiwa Yesus berkata kepada orang-orang Farisi, “Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya; sedangkan seorang upahan yang bukan gembala, dan yang bukan pemilik domba-domba itu sendiri, ketika melihat serigala datang, meninggalkan domba-domba itu lalu lari, sehingga serigala itu menerkam dan mencerai-beraikan domba-domba itu. Ia lari karena ia seorang upahan dan tidak memperhatikan domba-domba itu. Akulah gembala yang baik. Aku mengenal domba-domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku sama seperti Bapa mengenal Aku dan Aku mengenal Bapa, dan Aku memberikan nyawa-Ku bagi domba-domba-Ku. Ada lagi pada-Ku domba-domba lain, yang bukan dari kandang ini; domba-domba itu harus Kutuntun juga; mereka akan mendengarkan suara-Ku dan mereka akan menjadi satu kawanan dengan satu gembala! Bapa mengasihi Aku, oleh karena Aku memberikan nyawa-Ku untuk menerimanya kembali. Tidak seorang pun mengambilnya dari pada-Ku, melainkan Aku memberikannya menurut kehendak-Ku sendiri. Aku berkuasa memberikannya dan berkuasa mengambilnya kembali. Inilah tugas yang Kuterima dari Bapa-Ku.”

Demikianlah Injil Tuhan.
Terpujilah Kristus

Doa Umat

Kristus telah bersabda, “Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-domba-Nya.” Oleh karena kebaikan hati-Nya yang telah memberikan nyawa-Nya bagi keselamatan kita, marilah kita memanjatkan doa kepada Allah Bapa kita.

Bagi Paus, para uskup, para Imam, serta para pemimpin umat.
Ya Bapa, berkatilah Paus, para uskup, para imam, dan para pemimpin umat-Mu agar hidup mereka semakin menyerupai Kristus.
Semoga mereka sungguh memiliki semangat pengabdian yang sejati, kebenaran yang menyelamatkan, serta penuh kasih terhadap setiap orang.

Bagi para pemimpin masyarakat.
Ya Bapa, semoga para pemimpin masyarakat kami mengikuti jejak Putra-Mu dan sanggup berjerih payah berusaha membawa masyarakat menuju kesejahteraan umum.
Semoga nama-Mu semakin diwartakan melalui kesaksian hidup mereka yang tekun berjuang demi keselamatan setiap orang.

Bagi semua orang yang sudah meninggal.
Ya Bapa, semoga mereka yang sudah menginggal dunia, Kauperkenankan menikmati kasih-Mu di surge dan tetap sehati dengan kami yang masih berjuang di dunia ini.
Teguhkanlah kami untuk selalu berjuang atas dasar kasih yang akan mengantar kami ke kehidupan abadi bersama-Mu.

Bagi kita sendiri
Ya Bapa, berilah kami semangat bekerja sama, bergotong royong dan saling membantu dalam membangun umat-Mu menjadi Gereja, tanda kehadiran-Mu di masyarakat kami.
Semoga kami boleh untuk ikut ambil bagian dalam karya keselamatan-Mu bagi dunia.

Allah Bapa kami, sumber kehidupan dan kegiatan, kami bersyukur Kauperkenankan ikut serta dalam kehidupan Ilahi-Mu serta karya penggembalaan Putra-Mu. Berilah kam kekuatan agar selalu setia dalam perkara-perkara kecil dan sepenuh hati untuk menjalankan kehendak-Mu. Demi Kristus, Tuhan dan Pengantara kami.
Amin

Doa Persembahan

Ya Allah, sudilah menerima persembahan roti dan anggur ini. Semoga kami semakin menyadari betapa besar pengurbanan Putra-Mu bagi kami sehingga kami pun berani untuk berkorban demi sesama. Sebab, Dialah Tuhan, Pengantara kami.
Amin

Antifon Komuni

Telah bangkit Gembala Baik yang menyerahkan nyawa untuk domba-domba-Nya dan rela mati untuk kawanan-Nya, alleluya.

Doa Sesudah Komuni

Marilah berdoa:
Ya Allah, kami bersyukur kepada-Mu karena Putra-Mu telah mengorbankan diri-Nya demi keselamatan kami. Kuatkanlah iman dan harapan kami akan hidup kekal yang merupakan buah dari pengurbanan Putra-Mu. Sebab, Dialah Tuhan dan Pengantara kami.
Amin

Pesan Bapa Suci Paus Fransiskus untuk Hari Doa Panggilan Sedunia 2018

Saudari-saudara terkasih,

Pada bulan Oktober yang akan datang, Sidang Umum Biasa ke-15 dari Sinode Para Uskup akan membahas tema kaum muda dan secara khusus hubungan antara kaum muda, iman, dan panggilan. Dalam sidang itu, kita akan memiliki kesempatan untuk merenungkan lebih mendalam, di pusat hidup kita, panggilan kepada sukacita yang Allah anugerahkan kepada kita dan bagaimana panggilan ini adalah “rencana Allah bagi manusia, pria dan wanita, di sepanjang zaman” (Sinode Para Uskup, Sidang Umum Biasa XV, Kaum Muda, Iman dan Panggilan, Pengantar).

Hari Doa Panggilan Sedunia ke-55 kembali memaklumkan kabar baik ini kepada kita. Kita tidak muncul begitu saja secara kebetulan atau merupakan bagian dari serangkaian peristiwa yang tidak saling terkait; namun sebaliknya, hidup dan kehadiran kita di dunia ini merupakan buah panggilan ilahi!

Bahkan di tengah masa-masa yang sulit ini, misteri Inkarnasi mengingatkan kita bahwa Allah terus-menerus datang menjumpai kita. Ia adalah “Allah-beserta-kita”, yang berjalan mengiringi langkah-langkah hidup kita yang sering kotor berdebu. Ia tahu betapa kita merindukan cinta dan bahagia. Ia memanggil kita kepada sukacita. Dalam keragaman dan keunikan setiap panggilan, baik yang personal maupun eklesial, ada kebutuhan untuk mendengarkan, menegaskan dan menghidupi Sabda yang memanggil kita, yang memampukan kita untuk mengembangkan bakat-bakat, dan menjadikan kita sarana-sarana keselamatan di dunia serta membimbing kita kepada kebahagiaan sejati.
Tiga aspek ini – mendengarkan, menegaskan, dan menghidupi – juga sudah ada pada awal misi Yesus sendiri, ketika, setelah hari-hari doa dan pergumulan di padang gurun, Ia mengunjungi sinagoga-Nya Nazaret. Di sana, Ia mendengarkan Sabda, menegaskan isi misi yang dipercayakan pada-Nya oleh Bapa, dan mewartakan bahwa Ia datang menyempurnakannya “hari ini” (Luk 4:16-21).

Mendengarkan
Panggilan Tuhan – sejak permulaan – tidak sejelas seperti apa yang kita dengar, lihat atau sentuh dalam pengalaman kita sehari-hari. Allah datang diam-diam tanpa suara, tanpa memaksakan kebebasan kita. Dengan demikian bisa terjadi bahwa panggilan-Nya tenggelam oleh banyaknya kecemasan dan kekhawatiran yang memenuhi pikiran dan hati kita.

Oleh karena itu, kita perlu belajar bagaimana mendengarkan sabda dan kisah hidup-Nya dengan baik, tetapi juga memperhatikan detail-detail hidup kita sehari-hari, belajar melihat berbagai hal dengan mata iman, dan terbuka pada kejutan-kejutan Roh.

Kita tidak akan pernah menemukan panggilan khusus dan personal yang Tuhan sampaikan dalam budi kita jika kita tetap terkungkung dalam diri kita sendiri, dengan melakukan segala sesuatu secara biasa, dan dengan sikap apatis seperti orang-orang yang menghabiskan hidup di dunia kecil mereka sendiri. Kita akan kehilangan kesempatan bermimpi besar dan memainkan peran kita dalam kisah unik dan orisinal yang ingin Tuhan tuliskan bersama kita.

Yesus juga dipanggil dan diutus. Itulah mengapa Ia masuk ke ruang batin-Nya sendiri dalam keheningan. Ia mendengarkan dan membaca Sabda di sinagoga, kemudian dengan terang dan kekuatan Roh Kudus, Ia menyatakan artinya, dengan merujuk pada diri pribadi-Nya sendiri dan sejarah umat Israel.

Sekarang ini, mendengarkan menjadi semakin sulit, kita seperti terbenam di tengah-tengah masyarakat yang bising, yang dipenuhi dan dibanjiri oleh berbagai informasi. Kebisingan yang terjadi di kota-kota dan lingkungan sekitar kita sering disertai oleh dispersi dan kebingungan batin kita sendiri. Hal ini menghambat kita untuk berhenti sejenak, berkontemplasi, dengan tenang merenungkan peristiwa-peristiwa hidup kita, dan dengan mantab menjalankan pekerjaan kita dalam rencana kasih Allah, serta membuat penegasan diri yang berbuah melimpah.

Tetapi, seperti kita ketahui, Kerajaan Allah datang dengan diam-diam tanpa menarik perhatian (bdk. Luk 17:21), dan kita hanya dapat mengenali benih-benihnya ketika, seperti nabi Elia, kita masuk ke ruang batin kita dan terbuka terhadap desiran angin sepoi-sepoi ilahi yang tak terlihat (bdk. 1Raj 19:11-13).

Penegasan Roh
Ketika Yesus membaca kutipan nabi Yesaya di sinagoga Nazareth, Ia menegaskan isi perutusan yang dipercayakan kepada-Nya dan menyatakannya kepada mereka yang menanti kedatangan Mesias: “Roh Tuhan ada pada-KU, karena Ia telah mengurapi Aku untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin. Ia telah mengutus Aku mewartakan pembebasan kepada para tawanan dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk mewartakan tahun rahmat Tuhan telah datang” (Luk 4:18-19).

Dengan cara yang sama, kita masing-masing dapat menemukan panggilan kita sendiri hanya melalui penegasan roh. Penegasan roh merupakan “sebuah proses yang dilalui seseorang untuk membuat pilihan-pilihan dasar, dalam dialog dengan Tuhan dan sambil mendengarkan suara Roh, mulai dengan pilihan status hidupnya” (Sinode Para Uskup, Sidang Umum Biasa XV, Kaum Muda, Iman dan Penegasan Panggilan, II, 2).
Demikian kita menemukan bahwa panggilan Kristiani selalu memiliki dimensi kenabian. Kitab Suci menceritakan kepada kita bahwa para nabi diutus kepada umat yang berada dalam kondisi kekurangan material serta krisis spiritual dan moral, untuk menyampaikan pesan pertobatan, pengharapan dan penghiburan atas nama Allah. Seperti angin puyuh, nabi mengusik kemapanan hati nurani yang telah melupakan firman Tuhan. Dia melihat berbagai peristiwa dalam terang janji Tuhan dan memampukan umat untuk melihat tanda-tanda cahaya fajar di tengah bayang-bayang sejarah yang gelap.

Hari ini juga, kita sangat memerlukan penegasan roh dan nubuat. Kita harus menahan godaan ideologi dan negativitas, dalam hubungan kita dengan Tuhan, tempat, sarana dan situasi yang dengannya Ia memanggil kita. Setiap orang Kristiani hendaknya tumbuh dalam kemampuan “membaca kedalaman” hidupnya, dan memahami di mana dan untuk apa dia dipanggil Tuhan, untuk menjalankan misi-Nya.

Menghidupi
Akhirnya, Yesus mewartakan kebaruan masa sekarang, yang akan menumbuhkan dan menguatkan hati banyak orang. Kepenuhan waktu telah datang. Dialah Mesias yang dinubuatkan nabi Yesaya dan diurapi untuk membebaskan para tawanan, menyembuhkan yang buta dan mewartakan belas kasih Tuhan kepada setiap ciptaan. Sungguh, Yesus menyatakan bahwa “hari ini Kitab Suci telah terpenuhi saat kamu mendengarkannya” (Luk 4:21).

Sukacita Injil, yang membuat kita terbuka menjumpai Tuhan dan saudara-saudari kita, tidak membiarkan kelambanan dan kemalasan kita. Sukacita Injil tidak akan mengisi hati kita jika kita terus berdiri termangu saja dengan alasan menunggu saat yang tepat, tanpa keberanian menerima bahwa hari ini juga terdapat risiko membuat keputusan. Panggilan itu saat ini! Perutusan Kristiani itu sekarang! Kita masing-masing dipanggil – entah hidup awam dalam perkawinan, hidup imamat dalam pelayanan tertahbis, maupun hidup membiara – untuk menjadi saksi Tuhan, di sini dan sekarang.

“Hari ini” yang Yesus maklumkan meyakinkan kita bahwa Allah terus “datang” menyelamatkan keluarga umat manusia dan membuat kita berpartisipasi dalam misi-Nya. Tuhan terus memanggil setiap orang untuk hidup bersama-Nya dan mengikuti-Nya dalam jalinan relasi yang mendalam. Dia terus memanggil setiap orang untuk melayani-Nya secara langsung. Jika Dia membuat kita menyadari bahwa Dia sedang memanggil kita untuk menguduskan diri seutuhnya bagi Kerajaan-Nya, janganlah takut! Ini indah – dan merupakan suatu rahmat besar – dikuduskan sepenuhnya dan selamanya bagi Allah dan pelayanan saudara-saudari kita.

Hari ini Tuhan terus memanggil kita mengikuti Dia. Kita jangan menunggu menjadi sempurna untuk menjawab “ya” dengan ikhlas hati, atau jangan takut akan keterbatasan-keterbatasan dan dosa-dosa kita, tetapi mari buka hati kita bagi panggilan Tuhan. Untuk mendengarkan panggilan itu, untuk mencerna perutusan pribadi kita dalam Gereja dan dunia, serta pada akhirnya untuk menghidupinya pada hari ini yang Allah anugerahkan kepada kita.

Semoga Maria yang paling suci, yang sebagai perempuan muda yang hidup dalam kegelapannya mendengar, menerima dan mengalami Sabda Allah menjadi daging, selalu melindungi dan menyertai kita di sepanjang perjalanan kita.

Vatikan, 3 Desember 2017
Minggu Pertama Adven

Paus Fransiskus

Tinggalkan Balasan