Memandang dengan khidmat ketika Hosti Suci atau piala diperlihatkan kepada umat pada saat konsekrasi.

Memandang dengan khidmat ketika Hosti Suci atau piala diperlihatkan kepada umat pada saat konsekrasi.
Sikap Saat KonsekrasiPusat dan puncak seluruh Perayaan Ekaristi adalah Doa Syukur Agung (DSA), suatu doa syukur dan pengudusan. Pada dialog pembuka DSA, Imam mengajak umat untuk mengarahkan hati kepada Tuhan dengan berdoa dan bersyukur. Dengan demikian seluruh umat yang hadir diikutsertakan dalam doa ini. Adapun maksud doa ini adalah agar seluruh umat beriman menggabungkan diri dengan Kristus dalam memuji karya Allah yang agung dan dalam mempersembahkan kurban (PUMR 78).

Salah satu bagian yang paling penting dalam DSA adalah Kisah Institusi dan konsekrasi. Dalam bagian ini kata-kata dan tindakan Kristus sendiri diulangi, dan dengan demikian dilangsungkan kurban yang diadakan oleh Kristus sendiri dalam perjamuan malam terakhir. Di situ Kristus mempersembahkan Tubuh dan Darah-Nya dalam rupa roti dan anggur, dan memberikannya kepada para rasul untuk dimakan dan diminum, lalu mengamanatkan kepada mereka supaya merayakan misteri itu terus-menerus.

Sesudah mengucapkan kata-kata pada Kisah Institusi, Imam memperlihatkan Hosti Suci kepada umat, lalu meletakan-Nya kembali pada patena, kemudian berlutut menyembah-Nya. Demikian pula sesudahnya, Imam memperlihatkan piala kepada umat, lalu meletakkannya di atas korporale, kemudian berlutut menyembahnya. Ketika Imam memperlihatkan Hosti atau piala kepada umat pada saat konsekrasi itu, sikap umat adalah memandangnya dengan khidmat. Dan ketika Imam berlutut menyembahnya, umat menghormatinya dengan membungkuk khidmat. Demikian halnya ketika misa konselebrasi, pada waktu Hosti atau piala diperlihatkan, para konselebran pun memandangnya, kemudian waktu selebran utama berlutut, para konselebran menghormatinya dengan membungkuk khidmat (Buku TPE, halaman 119-120, dsj). Sejauh ini masih ada praktik kebalikannya: ketika Imam memperlihatkan Hosti atau piala umat membungkuk khidmat, ketika Imam menurunkan Hosti atau piala umat menegakkan badannya.

Sering dipertanyakan dalam berbagai kesempatan, bagaimanakah sikap tangan ketika Hosti atau piala diperlihatkan kepada umat? Harus dikatakan bahwa dalam buku PUMR ataupun dalam buku TPE tidak ada petunjuk khusus tentang sikap tangan umat. Oleh karena itu sikap tangan bisa lebih disesuaikan dengan penghayatan pribadi tiap-tiap umat, misalnya terkatup di dada, sikap menyembah atau sikap lainnya, namun hendaknya dilakukan dengan khidmat.

Satu hal yang harus mendapat perhatian serius dari umat adalah bahwa konsekrasi adalah peristiwa paling penting, agung dan sakral. Oleh karena itu umat hendaknya mengikutinya dengan seluruh diri. Semua kegiatan lainnya yang ‘mengganggu’ harus dikalahkan demi peristiwa agung yang menyelamatkan itu. Dalam beberapa kesempatan, masih ada saja yang melakukan kegiatan-kegiatan lain yang masuk dalam kategori ‘mengganggu’ kekhidmatan konsekrasi, seperti: berbisik-bisik dengan teman yang duduk di sebelahnya, membalas SMS, atau bahkan keluar entah ke mana meninggalkan bangku gereja. Terhadap semua kegiatan lain yang ‘mengganggu’ kekhidmatan konsekrasi tersebut, hendaknya kita sekalian berusaha untuk meniadakannya.

Tinggalkan Balasan